INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI PADANG RUMPUT
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN VI
INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA
DI PADANG RUMPUT
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dari sekian banyak organisme yang menghuni bumi, tidak ada sepasang pun yang benar-benar sama untuk segala hal. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa di alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut juga keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem. (Anshori, 2009).
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatar belakangi oleh pengendalian alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator, dan patogen merupakan pengendali utama hama yang bekerja secara density-deprndent (Untung, 1996).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini, yaitu :
1. Menentukan indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan menggunakan indeks Kennedy.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 07 April 2012, pukul 11.00 – 16.00 WITA, di Laboratorium Biologi Dasar Lantai I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengambilan sampel di padang rumput dekat gedung alumni Universitas Hasanuddin, pada pukul 06.00 – 07.00 WITA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu negara “Mega Biodiversity” setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25 % aneka spesies dunia berada di Indonesia, yang mana dari setiap spesies jenis tersebut terdiri dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik sehingga terdapat aneka gen dalam individu. Secara total keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar 325.350 jenis flora dan fauna. Keanekaragaman adalah variabilitas antar mahluk hidup dari semua sumber daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka margasatwa, taman nasional, hutang lindung, dan sebagian lagi bagi kepentingan pembudidayaan plasma nutfah, dialokasikan sebagai kawasan yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman hayati (Arief, 2001).
Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan faktor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda. Perbedaan jumlah dan susunan faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen (Anshori, 2009).
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies (Anshori, 2009).
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut. Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis (Anshori, 2009)
Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota yang terbesar. Hampir lebih dari 72 % anggota binatang termasuk kedalam golongan serangga. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua juta tahun. Selama kurun ini mereka telah mengalami perubahan evolusi dalam beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada hampir setiap tipe habitat. Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya). Sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vektor) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).
Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal-balik jasad individu, diantara dan didalam populasi spesies yang sama, atau diantara komunitas populasi yang berbeda-beda dan berbagai faktor non hidup (abiotik) yang banyak jumlahnya yang merupakan lingkungan yang efektif tempat hidup jasad, populasi atau komunitas. Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni (Wikipedia. 2012) :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies.
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu (jumlah individu, biomassa, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyak spesies.
Keanekaragaman dengan banyak variabel yang menggolongkan struktur komunitas (Wikipedia. 2012) :
1. Jumlah spesies.
2. Kelimpahan relatif spesies (kesamaan).
3. Homogenitas dan ukuran dari area sampel.
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi. Sementara itu, keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan tropika adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi, seperti dicontohkan dengan hutan itu mempunyai keanekaragaman yang tinggi itu stabil. Tetapi ada juga ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak selalu berarti stabilitas. Kedua pendapat ini ditopang oleh argumen-argumne ekologi yang masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kelemahannya (Rososoedarmo, 1990).
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan di mana kondisi fisik terus menerus menderita, kadangkala atau
secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil spesies yang berlimpah. Dalam lingkungan yang kunak, atau menyenangkan, jumlah spesies besar, namun tidak ada yang satupun yang berlimpah. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagian jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi lebih stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman. Keragaman yang besar mencirikan ketersediaan sejumlah besar ceruk (Oka, 1995).
Dalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam oganisme yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi dari suatu spesies dengan populasi dari lain spesies yang disebut interaksi interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling spektakuler adalah interaksi spesifik dan interaksi obligat antara populasi yang berbeda secara taksonomi. Komunitas ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat yang bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat netral, dimana dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya. Disamping itu, interaksi-interaksi antara populasi pada satu atau kedua populasi dan interaksinya dapat negatif, yaitu sifat yang merugikan populasi (Setiadi, 1990).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat - alat yang digunakan adalah botol pembunuh, pinset, sweeping net (perangkap serangga), dan gelas plastik.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah formalin, kertas, dan serangga.
III.3 Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
1. Dipilih lokasi di padang rumput yang ada di sekitar kampus, kemudian lakukan penangkapan serangga dengan menggunakan sweeping net.
2. Sweeping net diayunkan dua kali ke kiri dan kekanan di permukaan padang rumput, setiap melangkah satu kali ayunan dan dilakukan sepanjang tali tersebut.
3. Jaring sweeping net digulung agar serangga tidak lepas, kemudian dimasukkan ke dalam botol pembunuh yang berisiformalin secukupnya dengan kertas. Biarkan sebentar sampai serangga mati.
4. Penjaring serangga dilakukan dengan sweeping net sebanyak20 kali pada lokasi padang rumput yang berbeda.
b. Di Laboratorium :
1. Pengamatan dilakukan dengan cara serangga diambil yang didapat secara acak satu persatu dan diamati. Serangga nomor1 diberi tanda +, lalu mengambil serangga nomor 2 dan diletakkan berdampingan dengan serangga nomor 1 kemudian diamati. Jika serangga nomor 2 berbeda dengan nomor 1 maka diberi tanda +, tetapi bila sama diberi tanda 0.
2. Sampai nomor 3 diambil dan dibandingkan dengan sampel nomor 2, demikian seterusnya sampai semua sampel teramati.
3. Perhitungan Kennedy dilakukan dengan menggunakan rumus :
ID Kennedy = Jumlah Tanda + / Jumlah Organisme yang Diamati
4. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali, kemudian mengambil rata-ratanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel pengamatan
IV.3 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penangkapan serangga dengan menggunakan sweeping net. Penangkapan ini dilakukan 5-10 kali penangkapan dengan tempat yang berbeda.
Dari hasil pengkapan dengan menggunakan sweeping net diperoleh serangga atau spesimen sebanyak 110, dimana dari 110 tersebut jumlah + hanya 94. Untuk mengetahui apakah serangga yang kita peroleh termasuk golongan tingkat keanekaragaman tinggi, sedang atau rendah, maka kita perlu menggunakan indeks Kennedy.
Serangga yang kita peroleh dari penangkapan tersebut dan telah diuji dengan menggunakan indeks Kennedy, maka serangga termasuk golongan tingkat keanekaragaman sedang karena jumlah yang kita peroleh dari uji indeks Kennedy yaitu 0,85.
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangat diperlukan pengetahuan atau keterampilan dalam mengidentifikasin hewan. Pada dasarnya, jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah temperata dan daerah beriklim dingin.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari penangkapan serangga pada tempat yang berbeda, jumlah serangga yang diperoleh yaitu 110 dan jumlah tanda + yaitu 94.
2. Tempat penangkapan serangga memiliki tingkat keanekaragaman sedang, dimana telah diuji dengan menggunakan indeks Kennedy.
3. Dibutuhkan keterampilan dalam mengidentifikasi hewan atau serangga.
V.1 Saran
Dalam percobaan ini diperlukan peralatan yang cukup agar dapat mengefisienkan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Moch. 2009. Biologi. Penerbit Acarya Media Utama. Jakarta.
Arief. 2001. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisium. Jakarta.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Penerbit Universitas Gadja Mada-Press. Yokyakarta.
Putra, N.S.1994. Serangga di sekitar kita. Penerbit Kanisius. Yokyakarta.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Setiadi, D.. 1990. Dasar-Dasar Ekologi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Penerbit Universitas Gadja Mada-press. Yokyakarta.
Wikipedia. 2012. Indeks Keanekaragaman. Http://Www.Wikipedia.com. Diakses pada tanggal 09 April 2012, pukul 19 : 00 WITA.
Comments
Post a Comment