MAKALAH SISTEM INTEGUMEN VERTEBRATA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kulit adalah lapisan
jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan
tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang membatasinya dengan
dunia luar. Organ yang sangat essensial, vital, serta cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastik, dan sangat sensitive,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Luas kulit
kira-kira 1,5-2 m2, berat kulit kira-kira 4kg. Pada orang dewasa 7% dari berat
badan, tebal 1,5-4 mm, berbeda pada setiap bagian dari tubuh. Setiap 1 cm2 kulit
mengandung 70 cm pembuluh darah, 55 cm saraf, 100 kelenjar keringat, 15
kelenjar, 230 reseptor sensori, dan ½ juta sel mati dan sel baru.
Kulit mempunyai susunan
serabut saraf yang teranyam secara halus dan berguna untuk merasakan sentuhanatau dengan
kata lain sebagai alat peraba. Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai
keadaan yang sangat bervariasi. Bagian kulit yang sangat tipis terdapat
disekitar mata dan yang paling tebal terdapat ditelapak kaki dan telapak tangan.
Masing-masing mempunyai ciri khas (dermatoglipic
pattern) yang berbeda-beda pada setiap orang yaitu berupa garis lengkung
dan berkelok-kelok. Kulit dapat
dibedakan menjadi 3 lapisan yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis =
kutis), dan hipodermis (sub kutis).
Pada setiap hewan
mempunyai system integument (kulit) yang berbeda dan fungsi yang berbeda namun
mempunyai banyak persamaan juga.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui fungsi kulit dari beberapa makhluk hidup.
2. Untuk
mengetahui bagian-bagian integumen dari makhluk hidup
BAB
II
ISI
A.
Sistem Integumen Mamalia
Secara filogenetik,
yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata
(seperti ekidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau
marsupial).
Mamalia memliki
integumen yang terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling luar adalah epidermis,
yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis
biasanya terdiri atas tiga puluh lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan
air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis
bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke
arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan lima belas hingga empat
puluh kali dibanding epidermis.
Dermis terdiri dari
berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas
jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan
insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.
Susunan jaringan kulit
1.
Epidermis → berasal dari ektoderm
Terdiri dari :
a.
Stratum corneum merupakan lapisan terluar
b.
Stratum lucidum merupakan lapisan peralihan
c.
Stratum granulosum
·
Terdiri dari 3 lapis sel
·
Menghasilkan : keratohyaline (calon
pembentuk tanduk)
d.
Stratum germinativum
·
Selalu membelah, untuk mengganti sel –
sel yang tua.
2. Dermis / corium → berasal dari mesoderm
Terdiri dari :
a. Stratum
papilaris terletak dibawah stratum germinativum. Membentuk papilae
(jonjot) untuk pemberian nutrisi ke epidermis
b. Stratum
retikularis : susunan sangat berserabut,
menghasilkan chromatopora.
3. Rambut
Pertumbuhan
dari rambut meliputi :
o
Sel str. Germinativum membelah → tumbuh
kearah corium
o
Terbentuk papila → corium bersama
pembuluh darah masuk ke papila membawa
bahan (makanan) pembentuk rambut
a. Rambut
terdiri dari bagian – bagian :
o
Matrik : selubung papila yg selnya tetap
hidup
o
Rongga rambut : merupakan bagian yg sel
– selnya mati
Beberapa contoh dari
tanduk meliputi :
§ Cula
Cula merupakan tonjolan daerah nasal yang dibungkus kulit dengan
papil – papil epidermis dan contohnya
pada badak
§ Tanduk
rusa (antler)
Tanduk
rusa merupakan penonjolan tulang dari (osfrontalis) dibungkus kulit yang mengalami nekrobiose dan masih tampak pada pangkal
§ Tanduk
jerapah (fam. Girafidae)
Dari
tulang tanduk (os.corni) yg bersenyawa dengan cranium dan ditutup kulit
yg berambut → tulang telanjang
A.
Sistem
Integumen Reptil
Tubuh reptil umumnya
tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku
Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus,
seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar
seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa
modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan
terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang
dikenal sebagai osteoderm.
Beberapa bentuk sisik
yang umum pada reptil adalah: sikloid
(cenderung datar membundar), granular
(berbingkul-bingkul), dan berlunas
(memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk
dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan
untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut.
Integument pada
Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari
integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah.
Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal
mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti
kulit.
Pada Calotes (bunglon)
integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya
granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang
bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena
selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum. Contoh Reptile, Kadal
Pada umumnya permukaan tubuh aves
ditutup oleh bulu. Pertumbuhan bulu tersebut berasal dari epidermis yang menyembul perlahan ke permukaan
kulit, berupa kuncup bulu yang nantinya
akan membuka dan menjadi bulu muda dipermukaan
kulit yang selanjutnya menjadi bulu dewasa.
Macam bulu – bulu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bentuk
o
Plumae
berfungsi menutupi tubuh (contour
featers)
o
Filoplumae
ialah bulu rambut ( hair featers)
o
Plumulae adalah bulu bawah ( down featers)
b. Letak
o
Rectrises terletak pada ekor, bendera
bulu simetris
o
Remiges terletak pada sayap, bendera
bulu asimetris
o
Tectrise terletak pada tubuh (penutup)
o
Alula terletak pada kaki
. c. Bagian bulu
1. Calamus
(tangkai bulu), terdapat umbilical inferior (bawah) dan superior (atas) .
2. Rachis,
lanjutan calamus, tempat melekatnya
vexilum (bendera bulu)
3. Vexilum
terdiri atas barbae
4. Barbae
terdiri atas barbulae inferior dan superior yang dihubungkan oleh kait
(radioli).
A.
Sistem
Integumen Pisces
Lapisan
epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh
sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya.
Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan.
Epidermis hewan merupakan lapisan
protektif yang menjaga lalu lintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
secara bebas.
Epidermis tidak
dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh
secara difusi, karena itu kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk
menjadi mati dan lepas. Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang
disebut stratum germinativum (lapisan
malphigi). Lapisan ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan
sel-sel bagian luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.
Dermis yang didalamnya
terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat memiliki struktur yang
lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat
kulit juga juga dibentuk dalam lapisan ini. Lapisan dermisi berperan dalam
pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. Asal mula terbentuknya dermis ini
belum banyak diketahui; diperkirakan bahwa jaringan ikat di bawah epidermis
dulunya berubah, terutama sekali menjadi tulang pada hewan nenek moyang
vertebrata, seperti yang terlihat pada fosil-fosil Ostracodermi yang mempunyai
perisai-perisai tulang pada kulitnya, yang pertumbuhannya sangat baik.
1. Lendir
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi
lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik.
Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel
kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini
akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat
ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya atau genting dibanding pada saat atau keadaan
normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat
berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam
osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air
melalui kulit.
Pada beberapa ikan
tertentu menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi
kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada
lumpur selama musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim
penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur
dari gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster.
2. Sisik
Ikan
yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive, sedangkan
pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis
sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Di samping ikan bersisik
terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik, di temukan pada ikan lajur
(Trichiurus, Lepturancanthus,
Demissolinea), ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi dari tidak
terdapatnya lendir pada tubuhnya, mereka memiliki lendir yang lebih tebal
sehingga badannya menjadi lebih licin.
Ada beberapa jenis ikan
yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja. Seperti “paddle
fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor.
Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat (Anguilla)
yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya berukuran
kecil dan dilapisi lendir yang tebal.
Berdasarkan bentuk dan
bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid,
Cosmoid, ganoid, Cycloid dan Ctenoid.
a. Sisik Placoid
Jenis
sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di
bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan
epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang
mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada
osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian
yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang
berasal dari dermis.
Sisik placoid
dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di
dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai
pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis
yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang
mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan
derivate dari sisik.
b. Sisik Cosmoid
Sisik
ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari
beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang
dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan
noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang.
Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak
terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada
jenis ikan Latimeria chalumnae.
c. Sisik Ganoid
Jenis
sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus
(Holostei) dan Scaphyrynchus
(Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar
disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian
lapisan berikutnya dalah cosmine, dan
lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini
adalah antara lain, Polypterus,
Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.
Sisik Cycloid dan Ctenoidi ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang
masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii)
dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii).
Perbedaan antara sisik
cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang
disebut ctenii beberapa baris di
bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan
bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi
menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke
dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang
dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat.
Sisik yang terlihat
adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian
depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen
(chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan
tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada
bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus
merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di
tengah-tengah sisik.
Amfibi
bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa isik. Kulit
ini harus selalu dijaga agar tetap lembab karena ia cenderung mengering. Bahkan
walaupun mereka memiliki kelenjar lendir yang membantu menjaga kelembaban,
amfibi harus tetap hidup di daerah lembab. Kulit dari sebagian besar amfibi
melindungi mereka dari predator dan memiliki kelenjar racun yang mengeluarkan
zat yang tidak nyaman dan bahkan bisa beracun.
. Kulit
kodok memiliki sifat permeabilitas, dimana air dan gas dapat “keluar-masuk”.
Kulit katak juga berfungsi sebagai alat pernafasan dan harus lembab sehingga
tidak kekeringan. Oleh karena itu katak harus mengembangkan adaptasi yang
berhubungan erat dengan sifat dari kulit mereka.
Untuk mengurangi
kemungkinan kulit mengering maka adaptasi yang dilakukan antara lain:
1)
Merapatkan
tubuh untuk mengurangi luas permukaan yang bisa mengering.
2)
Hidup
dekat badan air.
3)
Berlindung di tumbuhan teduh atau permukaan
batu.
4)
Menutupi kulit dengan bahan licin.
5)
Masuk ke dalam tanah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari pembahasan mengenai system integument pada hewan yakni
:
1.
Seperti yang kita ketahui kulit terbagi
dari beberapa lapisan yang berfungsi melindungi tubuh dari gangguan mekanis,
fisis, organis dan terhadap mikroorganisme lain serta hewan-hewan lain, sebagai
isolator dengan adanya bulu dan rambut dan sebagai stimuli dari lingkungan.
2.
Integumen atau kulit merupakan bagian
tubuh yang langsung berhubungan dengan lingkungan luar tempat hewan itu hidup.
Kulit itu sendiri terbagi beberapa lapisan diantaranya epidermis, dermis
(corium) dan subcutan. Diantara integumen kulit tersebut terbagi lagi
organ-organ pendukung yang di miliki oleh setiap kelompok makhluk hidup,
misalnya rambut, kuku, bulu dan kelenjar dari hewan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://mblarah.files.wordpress.com/2010/11/integumen-kulit.ppt
http://sistem-integumen-pada-reptil.html
http://sistem-integumen-pada-pisces.html
http://sistem-integumen-pada-mamalia-binatang.html
http://www.scribd.com/doc/19874662/KULIT
http://www.gudangmateri.com/2010/03/amphibi.html