Toksikologi
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari
obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika,
karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada
hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai
racun dan merusak organisme (“Sola dosis facit venenum”: hanya dosis
membuat racun, Paracelsus) (Tjay, 2002). Toksisitas merupakan
kemampuan suatu molekul
atau senyawa kimia yang
dapat menimbulkan kerusakan
pada bagian yang peka
didalam maupun dibagian luar
tubuh mahluk hidup (Durham,1975).
Untuk obat
yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk sediaan tak murni atau
campuran dari beberapa zat aktif, metode spektrofotometer ultraviolet/
infrared, dan polarograf tidak dapat dilakukan. Obat-obat ini diukur
dengan metode biologis, yaitu dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan
oleh organisme hidup (hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut
dengan efek suatu standar internasional (Tjay, 2002).
Sebelum
calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu beberapa
tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek toksisnya
pada hewan coba. Dalam studi farmakokinetik ini tercakup juga pengembangan
teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa tersebut dan metabolitnya dalam
cairan biologik. Semuanya ini diperlukan untuk memperkirakan dosis efektif dan
memperkecil resiko penelitian pada manusia (Gunawan, 2007).
Uji toksisitas
secara kuantitatif dapat
ditinjau dari lamanya
waktu, yang dapat
diklasifikasikan menjadi toksisitas akut, sub akut, dan kronis. Toksisitas
akut adalah efek
total yang didapat pada dosis tunggal
dalam 24 jam setelah pemaparan. Toksisitas
akut bersifat mendadak,
waktu singkat, biasanya reversibel. Uji
toksisitas atas dasar
dosis dan waktu
spesifik toksisitas akut. Dosis
merupakan jumlah racun
yang masuk ke
dalam tubuh. Besar
kecilnya dosis menentukan efek secara biologi (BPOM, 2000; Verma, 2008).
Ada beberapa kemungkinan untuk
menggolongkan toksikologi diantaranya (Mustchler, 1991) :
1.
Efek toksis
akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan zat toksik.
2.
Efek toksik
kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit diterima tubuh dalam jangka
waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan
dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
Setiap zat kimia pada dasarnya
bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara
pemberian. Paracelsus pada tahun 1564 telah meletakkan dasar penilaian
toksikologis dengan mengatakan, bahwa dosis menetukan apakah suatu zat kimia
adalah racun (dosis sola facit venenum). Sekarang dikenal banyak faktor
yang menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun dosis tetap
merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia, termasuk air,
dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali, atau suatu dosis
besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan kematian. Untuk zat kimia
dengan efek terapi, maka dosis yang adekuat dapat menimbulkan efek
farmakoterapeutik (Gunawan, 2007).
Efek toksik,
atau toksisitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui pemantauan batas
terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum). Tetapi, untuk obat-obat yang
mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas terapeutik jarang diberikan.
Untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik sempit, seperti antibiotika
aminoglikosida dan antikonvulsi, batas terapeutik dipantau dengan ketat. Jika
kadar obat melebihi batas terapeutik, maka efek toksik kemungkinan besar akan
terjadi akibat dosis yang berlebih atau penumpukan obat (Kee, 1996).
Comments
Post a Comment