Naturalisasi dan Aklimatisasi
Meskipun pada umumnya gulma
cenderung lebih “keras” dan mempunyai kisaran toleransi yang luas terhadap
kondisi lingkungan yang berubah-ubah, sehingga gulma itu dapat memencar jauh
dengan cepat, sekurang-kurangnya di daerah-daerah yang terganggu, tumbuhan bududaya
seringkali berpilih-pilih dalam persyaratan habitatnya, biarpun demikian,
keduanya menyertaii manusia dalam perpindahannya di seluruh dunia, dan dari
waktu ke waktu menjadi sebab terjadinya “pelarian”, dan yang lebih jarang
menjadi penghuni tetap sebagai tumbuhan asing yang mengalami
“naturalisasi”.tetapi, suatu persoalan tersendiri untuk melarikan diri dari
pembudidayaan atau dari suatu daerah yang dibudidayakan ke tempat lain yang
berbatasan, barangkali berulang kali dan dibawah pengaruh yang menguntungkan
dari manusia, namun adalah hal yang
sama sekali berlainan untuk mengadakan
“aklimatisasi” yang memadai untuk mempertahankan goyangan dalam keadaan liar
sepenuhnya dalam keadaan habitat yang tidak terganggu di antara jenis-jenis
setempat yang asli. Memang untuk sebagian besar bukan hanya tumbuhan budidaya
tetapi juga gulma terbatas pada daerah-daerah yang telah atau belum lama
bagaimana pun telah mengalami gangguan manusia.
Kadang-kadang ada gunanya bila
menghadapi tumbuhan yang ditranspor-tasikan keluar dari daerahnya yang
normal,untuk membedakan antara naturalisasi, dimana tumbuhan hidup dibawah
kondisi alami yang serupa dengan keadaan yang tumbuhan tadi telah terbiasa, dan
aklimatisasi, dimana tumbuhan itu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
baru yang nyata berbeda dengan kondisi habitat aslinya. Untuk aklimatisasi,
kecuali pada tumbuhan yang luarbiasa kuat dan toleran, terlibat adaptasi pada
kondisi habitat yang berbeda-beda, yang demikian bersifat gradual, sehingga
jangka waktu yang diperlukan kemingkinan besar akan melampaui waktu, yang
selama itu manusia merupakan faktor potensial dalam agihan tumbuhan. Dapat
diharapkan, bahwa dalam proses ini terlibat seleksi alam biotipe-biotipe yang
sesuai atau muatan yang lebih ekstrem, yang kearah itu naturalisasi tidak lebih
dari suatu langkah saja.
Penelitian-penelitian khusus
menunjukkan, sama sekali terlepas dari akibat adanya persaingan tumbuhan yang
dipindahkan ke daerah-daerah dengan habitat yang serupa mungkin menghadapi
rintangan-rintangan berat yang harus diatasi, sebelum tumbuhan itu telah dapat
disebuti mengalami naturalisasi sepenuhnya. Rintangan-rintangan itu dapat
berasal dari keadaan iklim atau keadaan liingkungan lainnya, yang walaupun
serupa sesungguhnya berbeda nyata dengan habitat adli tumbuhan tadi (misalnya
variasi kecil mengenai tanah), atau tidak secara umum dikenal sebagai suatu hal
yang penting (misalya dalam beberapa hal mengenai pengaruh cahaya dan suhu).
Kesukaran yang sering terjadi dalam naturalisasi ini, merupakan salah satu
sebab akibat rendahnya persentase jenis tumbuhan asing yang memasuki susunan
kebanyakan flora liar dijalur-jalur yang tidak terganggu.
Pengaruh manusia dalam mengubah
agihan tumbuhan tidak seberapa besar, tetapi dalam banyak hal pengaruh manusia
itu hanya bersifat sementara, mengingat tumbuhan yang terlibat hanya mengalami
naturalisasi yang tidak sempurna dan pasti belum mengalami aklimatisasi yang
cukup lama. Masalah kemampuan bersaing merupakan salah satu hal yang penting
dalam kehidupan satu organisme, dan sering merupakan kunci bagi agihan tumbuhan
pada masa sekarang serta daerah agihan potensialnya.tanaman budidaya yang
dilindungi dan dimanjakan (dan biasanya lama terbiasa diperlakukan demikian),
sangat lemah dalam persaingan dan sebagai konsekuensinya jarang sekali
ditemukan dalam keadaan yang benar-benar ternaturalisasi.
Adaptasi tumbuhan terhadap suatu
kondisi habitat khusus, sangat bervariasi dan kadang-kadang sedemikian tepat
sehingga tak terlihat, namun telah cukup untuk mencegah kehidupan yang bebas.
Kadang-kadang, suatu perubahan kecil saja dalam kondisi lingkungan akan
membahayakan kehadiran suatu jenis. Sebagai contoh, suatu jenis Aristolochia
dari Meksiko, bila dipindahkan ke Jawa akan berbunga lebat, tetapi gagal untuk
berbuah, bukan karna tidak adanya perantara dalam penyerbukan, tetapi karena di
Jawa kondisinya adalah terlalu basah untuk perkembangan biologinya yang normal,
sehingga stadium putik masing-masing bunga telah lewat menjelang membukanya
bunga.
Sebagian besar gulma benar-benar
tersebar luas, seperti jenis-jenis gulma yang memenuhi kualifikasi sebagai semi
kosmopolit, cenderung merupakan jenis kolektif seperti misalnya Taraxacum officinale dalam arti luas,
atau terdiri atas sejumlah besar ras-ras (seperti pada rumput Agropyron repens) yang teradaptasi pada
berbagai kondisi habitat.
Comments
Post a Comment