AMPHIBI
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Amphibi merupakan hewan
dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut
dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan ( Zug, 1993).
dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan ( Zug, 1993).
Amphibi
pertama muncul pada periode Devonian sekitar 370 tahun lalu. Mereka adalah
vertebrata pertama yang naik kedaratan dari habitat air. Menjadi kelompok hewan
pertama yang menghuni daratan. Pada artikel e-Learning Biologi ini kita akan
melihat dan mempelajari enam kelompok amphibi, karakteristiknya, dan organism
anggota masing-masing kelompok (Nasruddin, 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka
makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih dekat menganai kelas Amphibi pada
vertebrata.
I.2
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini yaitu:
1.
Mengetahui ciri-ciri dari amphibi
2.
Mengetahui struktur dan fungsi dari
kelas amphibi
3.
Menyusun sistematik dari kelas amphibi
BAB
II
ISI
A. Defenisi
Amphibia (bahasa Yunani yaitu Amphi yang
berarti dua dan Bios yang berarti hidup). Merupakan hewan dengan
kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di
air maupun di darat (.
B. Ciri
– Ciri Amphibia
Amphibia memiliki
kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata
terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi
mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada
mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup.
Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi
sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa
mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan
perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,
tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam
fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada
beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi
pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga
beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini
tidak terdapat stadium larva dalam air (Duellman and Trueb, 1986).
Amphibia mempunyai ciri
khusus yang tidak terdapat pada kelas lain yaitu sebagai berikut(Duellman and
Trueb, 1986) :
1. Kulit
selalu basah dan berkelenjar.
- Memiliki
dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang dengan 4 – 5 jari atau lebih
sedikit dan bersirip.
- Mempunyai
2 lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut. Pada lubang hidung
tertentu terdapat klep yang mencegah masuknya air pada saat hewan tersebut
berada di dalam air.
- Mata
berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan.
- Lembar
gendang pendengaran terletak di sebelah luar.
- Mulut
bergigi dan berlidah (lidahnya dapat dijulurkan pada saat menangkap
mangsa).
- Rangka
tubuh sebagian besar tersusun atas tulang keras, tengkoraknya memiliki due
kondil. Apabila bertulang rusuk maka tulang rusuk tersebut tidak menempel
pada tulang dada.
- Jantung
amphibi atas tiga ruang (2 atrium dan 1 ventrikel) dan memiliki satu
pasang atau tiga pasang lengkung aorta, sel darah merah berbentuk oval dan
berinti. Selain dengan paru – paru, amphibi dewasa bernafas dengan kulit
dan selaput rongga mulut.
- Otak
memiliki 10 pasang saraf kranialis.
- Suhu
tubuh tergantung dari lingkungannya (poikilothermis).
- Fertilisasi
secara eksternal atau internal, kebanyakan anggotanya bertelur (ovipar).
Telur mempunyai kuning telur dan terbungkus zat gelatin.
- Mengalami
metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya.
Kebanyakan Amfibi
adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin.
Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena
tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang
ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia
(Satolon, 2013).
Amphibi umumnya
merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat
air tawar yang tenang dan dangkal, tetapi ada juga yang hidup di pohon sejak
lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidup. Amphibi
banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di
lingkungan perumahan pun bisa ditemukan (Satolon, 2013).
C.
Struktur
Dan Fungsi
Pada kepala terdapat
rima oris yang lebar untuk masuknya makanan, nares externus mempunyai peranan
dalam pernafasan, sepasang arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang mata
terdapat membrane tympani untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh
terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel
kelamin (Satolon, 2013).
Extremitas muka yang
berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri atas : brachium (lengan atas)
yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang berupa radioulna, carpus
(pergelangan tangan), manus (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan
phalanges (jari – jari), pada telapak tangan terdapat palm, di bawah jari pada
hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin (Satolon, 2013).
Extremitas belakang
yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah)
yang terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak
kaki) yang terdiri atas meta tarsus dan phalanges (jari – jari) (Satolon, 2013).
Katak berbentuk
bilateral simetris. Alat pencernaan yang tampak dari luar yaitu cavum oris,
dibatasi oleh maxilla (rahang atas) atap pada sebelah atas, sedang di sebelah
bawah di batasi oleh mandibula (rahang bawah) dan oshyoid. Kemudian dilanjutkan
oleh pharynx, oesophagus, ventricullus dan intestinum yang terletak di dalam
rongga tubuh. Lingula (lidah) yang pipih berpangkal pada dasar di sebelah
anterior mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil, dilapisi
oleh lendir, dapat dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa.
Lingula disokong oleh oshyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan
lidah tegar tapi lemas. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris
(gigi maxillaris), sedang pada atap cavum oris terdapt denta vomerin terdapat
dua lubang nares interns yang berhubungan dengan narens externs. Glottis
terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula, merupakan pintu
menuju ke pulmo (paru – paru). Di belakang mata di dekat sudut mulut terdapat
ostium pharyngeum dari tuba auditiva eustachii yang menghubungkan cavum oris
dengan ruang telinga dalam (Satolon, 2013).
D. Sistem
Transportasi
Jantung katak terdiri
dari tiga ruang yaitu : atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1
ventrikel). Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh,
sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru – paru.
Darah dari kedua atrium
bersama – sama masuk ventrikel. Walaupun tampaknya terjadi percampuran antara
darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen namun pencampuran
diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat yang terdapat pada ventrikel. Dari
ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah yang bercabang tiga. Arteri anterior
mengalirkan darah ke kepala dan ke otak. Cabang tengah (lubang aorta)
mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ dalam badan, sedangkan arteri
posterior dilewati oleh darah yang menuju kulit dan paru –
paru.
Darah vena dari
seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke
atrium kanan. Dari atrium kanan, darah mengalir ke ventrikel yang kemudian di
pompa keluar melalui arteri pulmonalis → paru–paru → vena pulmonalis → atrium
kanan. Lintasan peredaran darah ini disebut peredaran darah paru – paru. Selain
peredaran darah paru – paru, pada katak → sinus venosus → atrium kanan.
E. Sistem
Pernapasan
Pada katak, oksigen
berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru–paru. Kecuali pada fase
berudu bernafas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut
dapat berfungsi sebagai alat pernafasan karena tipis dan banyak kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
lubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernafas
dengan selaput rongga mulut, katak bernafas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernafasan mudah berifusi.
Oksigen yang masuk
lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan
dibawa ke jantung, dari jantung di pompa ke kulit dan paru – paru lewat arteri
kulit paru – paru (arteri pulmokutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbondioksida dapat terjadi di kulit. Setelah itu koane menutup dan otot
rahang bawah dan oto geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil.
Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru – paru lewat celah –
celah. Dalam paru – paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang
berada dalam kapiler dinding paru – apru dan sebaliknya karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot
perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara
dalam paru–paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak
menutup dan sebaliknya koane membuka bersamaan dengan itu, otot rahang bawah
berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga
rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya
karbondioksida keluar.
F. Sistem
Pencernaan/ Digestoria
Alat pencernaan makanan
diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari
tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda. Dari cavum oris
makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis
(basis) dan mendorong makanan masuk dalam ventriculus yang berfungsi sebagai
gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut cardiarc, sedang
bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot
ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus
yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan katalisator. Beberapa
penyerapan zat makanan terjadi di ventriculus tetapi terutama terjadi di
intestinum. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep
pyloris (Jasin, 1992).
Kelenjar pencernaan
yang besar adalah hepardan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada
intestinum kecuali itu intestinum menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang
besar terdiri atas beberapa lobus dan bilus atau zat empedu yang dihasilkan
akan ditampung sementara dalam fesica felea, yang kemudian akan dituangkan
dalam intestinum melalui ductus cystcus dahulu kemudian melalui duktus
cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pankreas.
Fungsi bilus untuk mengilmusikan zat lemat. Bahan makanan yang merupakan sisa
di dalam intestinum mjor menjadi faeces dan selanjutnya dikeluarjkan melalui
anus (Jasin, 1992).
G. Sistem
Ekskresi
Ginjal amphibi
berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable
terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak air masuk ke tubuh katak
secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan
tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai
dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh
glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang
diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus
dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk konserfadsi air. Apabila
sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin yang encer. Pada saat berada
di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang
melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama
dengan ADH.
H. Sistem
Reproduksi
Pada katak jantan
terdapat sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih–putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesdrchiutn. Dari testis terdapat saluran yang disebut vasadefferensia yang
bermuara di kloaka. Bagian ureter yang dekat kloaka mengalami pembesaran yang
disebut vesicusa seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara
spermatozoa (Duellman and Trueb, 1986).
Organ reproduksi betina
terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga tubuh
diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium. Pada saat “musim kawin”
pada ovarium terpadat ovum yang masak dan menuju saluran yang disebut oviduk.
Bagian posterior oviduk membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur
dikeluarkan melalui kloaka keluar dari tubuh. Pada katak terjadi fertilisasi
eksternal (pembuahan di luar tubuh). Pada “musim kawin” terjadi isyarat kawin
oleh katak jantan dan katak betina. Perkawinan dilakukan dengan cara katak
jantan menempel di atas punggung katak betina, lalu keduanya menyemprotkan
sel–sel gametnya ke luar tubuh (Duellman and Trueb, 1986).
I. Sistem
Syaraf
Terdiri atas syaraf
pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat tersusun atas otak dan tali
spinal,sedangkan saraf tepi tersusun atas saraf kranial, saraf spinal. Otak dan
tali spinal dibungkus oleh 2 membran yang tebal yaitu durameter yang berbatasan
dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan jaringan saraf. Apabila
dipanadang dari sebelah dorsal, pada otak akan teradapat :
· 2
lobus olfactorius yang bertanggung jawab untuk organisasi rang sang yang berupa
ban.
· 2
erfhaemisphariumcerebri yang berfungsi menyiompan ingatan, intelegensia dan
mengontrol kebebasan.
· Diencephalonmedialis
yang berhubungan dengan mata dan keseimbangan.
· 2
bulatan lobus opticus untuk koordinasi pengelihatan.
· Otak
kecil untuk koordiansi pergerakan.
· Medula
obongata untuk koordinasi sebagian besar aktifitas tubuh.
J. Sistem
Otot
Tubuh tersusun atas 3
macam otot. Otot polos yang kerjanya involunter. Otot lurik yang kerjanya
Volunter dan otot jantung yang secara morfologi seperti otot lurik, namun
involunter.
Otot lurik disebut juga
otot skelet terbagi atas (Jasin, 1992) :
1. Otot
daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan trans versus yang
membentuk dinding perut.
2. Otot
daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
3. Otot
daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada anus atau
kloaka.
Otot lurik mengikat
atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi atau relaksasi akan
menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi kontraksi otot dilaksanakan oleh
sistem saraf.
K. Sistem
Kerangka
Sistem kerangka
dibangun oleh kerangka dalam (endoskeleton) yang tersusun atas tulang – tulang.
Terdapat 2 skeleton yang menyusun sistem kerangka yaitu skeleton aksial dan
skeleton apendikular. Skeleton aksial tersusun atas tempurung kepala, vertebrae
(ruas – ruas belakang dan tulang dada). Skeleton apendikular tersusun
ekstremitas anterior dan extrimitas posterior (Jasin, 1992).
Tempurung kepala
tersusun atas beberapa tulang yaitu cranium, beberapa kapsul sensoris (kapsul
hidung, kapsul pendengar, kapsul besar untuk mata, dan tulang – tualng rahang).
Pada katak terdapat 9
ruas tulang belakang dan terdapat 1 tulang dada. Ekstrenitas anterior (lengan)
dan ekstrenitas posterior (tungfkai) tersusun atas tulang – tulang yang hampir
sama.
L.
Sistematika
Anggota amphibia
terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda(Caecilia),
dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah
punah). Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1.
Ordo Anura
Ordo anura atau
katak mudah dikenali dari tubuhnya yang seperti sedang berjongkok, leher tidak jelas.
Tubuh katak tersususn dari tiga bagian (1) kepala (2) badan (3) anggota
gerak,kepalanya pipih lebar begitu juga dengan mulutnya memiliki lidah yang
panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap mangsa, pangkal lidah
terdapat di depan dan ujung lidah di belakang mulut. Giginya terdapat
pada langit-langit mulut yang disebut gigi vormer, matanya yang
besar menonjol di sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan bawah tetapi
sulit digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening tipis yang
disebut selaput niktitans , pada ujung depan atas mulut
erdapat lubang hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di
bagian sisi belakang mata terdapat selaput gendang telinga yang disebutmembran
tympani. Badan katak juga lebar memiliki dua pasang anggota
gerak (kaki) , bagian depan lebih kecil dan pendek dari kaki bagian
belakang. Jari kaki depan ada empat sedangkan jari kaki belakang ada
lima, untuk memudahkan berenang pada bagian diantara jari-jarinya terdapat
slaput renang. Kulit katak selalu di basahi oleh kelenjar kulit yang
menghasilkan lendir. Ordo Anura dibagi menjadi 27
famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae,
Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,Megophryidae, Pelodytidae,
Pelobatidae,Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,Centrolenidae,
Heleophrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae,
Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae,
Hemisotidae, Hyperoliidae,Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae,( Pough et.
al.,1998).
Ada 5 Famili
yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae
dan Rachoporidae.
2. Ordo
Caudata
Caudata disebut juga urodela. Ordo
ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor
serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan
badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa
jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa.
Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air.
Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea
dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae,
sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae
dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae,
Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae
dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar
Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik
jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses
evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et
al., 1998).
Sangat
mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa adanya
paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander yaituPlethodontidae memiliki
karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi
pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya
paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan
dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus
yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan
lidah untuk menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat
bantu pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu
pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme
penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi.
Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih
jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine
(Pough et al., 1998).
Paedomorphosis
adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony.
Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses
perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan
dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan
memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata
serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik
pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family
lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap
bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough et al.,
1998).
Caudata
atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan
bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan
Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah
untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di
amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat.
Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan
ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang
atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).
3. Ordo
Gymnophiona
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri
umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai
cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini
mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang,
retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior
terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas
dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia
terjadi secara internal ( Webb et.al, 1981).
Ordo
Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai
3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae (Webb et.al,
1981).
Famili
yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai
ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang
insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama
di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
4. Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah
punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan
hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri
umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua
rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru
mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk
dalam daur hidupnya (Duellman and Trueb, 1986).
Ada
5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae,
Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili
ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan
berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis
melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi.
Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak
mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri
dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang
ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo
melanosticus dan Leptophryne borbonica ( Eprilurahman, 2007 ).
b. Megophryidae
Ciri
khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili
ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat
dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari
makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys
montana dan Leptobranchium hasselti ( Eprilurahman,
2007).
c. Ranidae
Famili
ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini
terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana
chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya
cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana (
Eprilurahman, 2007).
d. Microhylidae
Famili
ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang
dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi
beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka
pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh
spesiesnya adalah: Microhyla achatina ( Eprilurahman, 2007).
e. Rachoporidae
Famili
ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada
maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral
diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal (Eprilurahman, 2007).
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah in adalah:
1. Amphibi
adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar (tak ada
yang di air laut) dan di darat. Sebagaian besar mengalami metamorfosis dari
berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas
dengan paru-paru), namun beberapa jenis amphibi tetap mempunyai insang selama
hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit
biasanya tipis dan basah
2. Struktus
tubuh amphibi terdiri atas Pada kepala terdapat rima oris yang lebar untuk
masuknya makanan, nares externs mempunyai peranan dalam pernafasan, sepasang
arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang mata terdapat membrane tympani
untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi
sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel
kelamin.
3. Klasifikasi
tersusun atas 4 ordo yaitu ordo Anura yang memiliki 27 famili, ordo caudata
yang memiliki 3 sub ordo, ordo gimnophiona yang memiliki 5 famili dan ordo
proanura yg tidak diketahui pembagiannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Duellman, W. E.
and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book
Company. New York
Eprilurahman,
2007. Frogs and Toads of Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. International
Seminar Advances in Biological Science. Fakultas Bilogi UGM
Iskandar, D. T.
and E. Colijn. 2000. Preliminary Checklist of Southeast Asian and New
Guinean Herpetofauna: Amphibians. Treubia 31 (3):
1-133.
Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology.
Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131
Satolon, andri,
2013. AMPHIBIA.http://scienceandri.blogspot.com/2011/07/amphibia.html. Diakses
tanggal 1 april 2013, pukul 21.00 WITA
Zug, George R.
1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles.
Academic Press. London, p : 357 – 358.
Lihat yang lainnya :
Katak
Lihat yang lainnya :
Katak
Comments
Post a Comment