REAKSI UJI PROTEIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mengingat betapa kompleksnya kehidupan di Bumi, kita mungkin
menduga organisme memiliki banyak sekali keragaman molekul. Akan tetapi, secara
luar biasa, molekul-molekul besar yang teramat penting bagi semua organisme
hidup, mulai dari bakteri hidup sampai gajah tergolong dalam keempat kelas
utama saja yaitu karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat. Pada skala molekular, anggota dari tiga kelas ini karbohidrat, protein, dan asam nukleat berukuran besar sehingga disebut makromolekul. Misalnya, suatu protein mungkin terdiri dari ribuan atom yang membentuk molekul raksasa dengan massa jauh melebihi 100.000 dalton. Makromolekul memiliki berbagai macam ukuran dan kompleksitas, sehingga sungguh mengagumkan bahwa ahli biokimia telah menentukan struktur terperinci dari sedemikian banyak makromolekul (Campbell, dkk., 2008)
utama saja yaitu karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat. Pada skala molekular, anggota dari tiga kelas ini karbohidrat, protein, dan asam nukleat berukuran besar sehingga disebut makromolekul. Misalnya, suatu protein mungkin terdiri dari ribuan atom yang membentuk molekul raksasa dengan massa jauh melebihi 100.000 dalton. Makromolekul memiliki berbagai macam ukuran dan kompleksitas, sehingga sungguh mengagumkan bahwa ahli biokimia telah menentukan struktur terperinci dari sedemikian banyak makromolekul (Campbell, dkk., 2008)
Hampir setiap fungsi dinamik dalam makhluk hidup
bergantung pada protein. Faktanya, nilai penting protein di garis bawah oleh
namanya, yang berasal dari kata Yunani proteios yang berarti tempat pertama.
Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel, dan protein
teramat penting bagi hampir semua hal yang dilakukan oleh organime. Beberapa
protein mempercepat reaksi kimia, sedangkan yang lain berperan dalam penyokong
struktural, penyimpanan, transport, komunikasi selular, pergerakan, serta
pertahanan melawan zat asing (Campbell, dkk, 2008).
Manusia memiliki
puluhan ribu protein yang berbeda, masing-masing dengan struktur dan fungsi
yang spesifik, faktanya protein merupakan molekul dengan struktur terumit yang
ada. Seperti fungsinya yang beraneka ragam, protein memiliki struktur yang juga
sangat bervariasi. Meskipun protein beraneka ragam, semuanya merupakan polimer
yang tersusun dari suatu set yang sama, yang terdiri dari 20 asam amino.
Polimer asam aino disebut polipeptida. Protein terdiri dari satu atau lebih
polipeptida, yang masing-masing terlipat dan mengumpat menjadi struktur
berdimensi tiga yang spesifik (Campbell, dkk., 2008).
Berdasarkan landasan
teori di atas, maka dilakukanlah percobaan mengenai reaksi uji protein ini.
1.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami reaksi-reaksi tentang
uji protein.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
a. Mengetahui reaksi
uji protein menggunakan pengendapan
dengan logam Hg dan Pb.
b. Mengetahui reaksi uji protein menggunakan pengendapan dengan
alkohol.
1.3
Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi
beberapa jenis protein (glisin, alanin,
dan asam aspartat) dengan beberapa pereaksi tertentu yang
digunakan melalui beberapa tes uji yaitu metode pengendapan dengan logam dan
pengendapan dengan alkohol yang ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya
reaksi terhadap uji protein tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein termasuk dalam
kelompok senyawa yang terpenting dalam organisme hewan sesuai dengan peranan
ini, kata protein berasal dari kata Yunani proteis, yang artinya pertama.
Protein adalah poliamida dan hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asam
amino. Asam-asam amino yang terdapat dalam protein adalah asam α-amino karboksilat. Variasi struktur monomer-monomer ini
terjadi dalam rantai panjang. (Fessenden dan Fessenden, 1992).
Asam
amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH)
dan amina (biasanya –).
Gugus karboksil ini memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat
basa. Asam amino pembentuk protein akan saling berikatan dengan ikatan peptida,
sehingga dalam satu molekul dipeptida mengandung satu ikatan peptida (Poedjiadi, 1994).
Semua asam amino
yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino
diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain
pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan
kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang
melibatkan gugus R-nya (Lehninger, 1982).
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur
primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah,
jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antara
asam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan
ikatan peptida yang urutannya diketahui. Untuk mengetahui jenis, jumlah dan
urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa
tahap yaitu (Poedjiadi, 1994):
1.
Penentuan
jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2.
Pemecahan
ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3.
Pemecahan
masing-masing rantai polipeptida, dan
4.
Analisis
urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Reaksi hidrolisis
protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus
R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut: asam amino non-polar dengan
gugus R yang hidrofobik, antara lain alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin,
fenilalanin, triptofan dan metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar
tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan lisin, serin, treonin, sistein,
tirosin, asparagin dan glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, isoleusin, metionin,
fenilalanin, triptofan, treonin, dan lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti
makanan dan zat nutrisi lainnya (Lehninger, 1982).
Protein merupakan polipeptida alami yang memiliki berat
molekul lebih dari 5.000. Makromolekul ini sangat berbeda-beda sifat fisiknya,
mulai dari enzim yang larut dalam air sampai keratin yang tak larut seperti
rambut dan tanduk. Protein memiliki berbagai fungsi biologis yang berbeda-beda
pula, yaitu (Ngili, 2010):
a. Katalis
enzim. Enzim merupakan protein katalis yang mampu meningkatkan laju reaksi
sampai kali laju awalnya.
b. Transport
dan penyimpanan. Banyak ion dan molekul kecil diangkut dalam darah maupun di
dalam sel dengan cara berikatan pada protein pengangkut. Contohnya, hemoglobin
merupakan protein pengangkut oksigen. Zat besi disimpan dalam berbeagai
jaringan oleh protein ferritin.
c. Fungsi
mekanik. Protein ini menjalankan peranan sebagai pembentuk struktur. Misalnya,
protein kolagen menguatkan kulit, gigi, serta tulang. Membran yang mengelilingi
sel dan organel juga mengandung protein yang berfungsi sebagai pembentuk
struktur sekaligus menjalankan fungsi biokimia lainnya.
d. Pergerakan.
Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara dua tipe protein
filament, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga memiliki aktivitas enzim yang
dapat memudahkan perubahan energi kimia ATP menjadi energi mekanik.
e. Pelindung.
Anti bodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel asing.
f. Proses
informasi. Ransangan luar seperti sinyal hormon atau intensitas cahaya
dideteksi oleh protein tertentu yang meneruskan sinyal ke dalam sel. Contoh
protein seperti ini misalnya rodopsin yang terdapat dalam sel retina.
Protein-protein tertentu dapat
diendapkan dari campuran bermacam-macam protein. Protein paling sedikit melarut
dalam pelarut apapun bila nilai Ph sama dengan titik isoelektriknya . Pada titik isoelektrik ini
protein tidak bermuatan sehingga tolakan elektrostatik antara molekul protein
menjadi minimal. Meskipun protein bisa saja memiliki muatan negatif sekaligus
muatan positif pada titik isoelektriknya, tetapi muatan totalnya (Ngili, 2010).
Struktur protein dapat
dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder
(tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat) (Poedjiadi,
1994).
Berikut
ini merupakan sifat-sifat yang penting dari protein, yaitu (Tim Dosen Kimia, 2012):
1. Ionisasi:
apabila protein dilarutkan dalam air akan membentuk ion positif dan negatif.
2. Denaturasi:
perubahan konformasi serta posisi protein sehingga aktivitasnya berkurang atau
kemampuannya menunjang aktivitas organ tertentu dalam tubuh hilang sehingga
mengakibatkan tubuh mengalami keracunan.
3. Viskositas:
tahanan yang timbul adanya gesekan antara molekul di dalam zat cair yang
mengalir.
4. Kristalisasi:
proses yang sering dilakukan dengan jalan penambahan garam amonium sulfat atau
NaCl pada larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya.
5. Sistem
Koloid: Sistem yang heterogen terdiri atas dua fase yaitu partikel kecil yang
terdispersi dari medium atau pelarutnya.
Berikut
adalah beberapa jenis metode untuk melakukan reaksi uji protein (Tim Dosen
Kimia, 2012):
a. Uji
Biuret
Misalkan pada uji coba zat uji Glisin menunjukkan hasil negatif dengan indikasi
terbentuknya warna biru ini disebabkan karena tidak adanya ikatan peptida. Glisin
adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H.
Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya
lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial, sehingga
terbentuk ikatan peptida. Berikut gambaran proses pembentukan ikatan peptida:
Gambar 1. Proses pembentukan ikatan peptida
Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk
apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.
b.
Uji Ninhidrin
Asam amino bebas adalah
asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Misalkan pada uji coba albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena dapat
bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai
gugus asam amino bebas. Semakin banyak
ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini
juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino
secara kuantitatif.
c.
Uji Xantoprotein
Ada sebagian peptida dan protein
yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti:
fenilanalina, tirosin, albumin,
dan triptopan.
Pada uji coba zat diatas, hasil positif pada zat uji albumin dan triptopan
mengindikasikan keduanya terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi
terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga. Sedangkan, pada kasein dan gelatin
menghasilkan lapisan merah dan bening mengindikasikan negatif.
d.
Uji Kelarutan Protein
Protein mempunyai kemampuan untuk larut pada
beberapa zat pelarut, karena pada dasarnya ia bersifat amfoter. Pada praktikum
di atas, protein (albumin dan gelatin) tidak larut hanya pada NaOH 40 % dan
kloroform. Karena, keduanya adalah pelarut lemak.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah larutan albumin, larutan asam aspartat, larutan glisin,
larutan alanin, larutan NaOH 2,5 M, larutan CuSO40,01 M, larutan
HgCl2 0,2 M, larutan (CH3COO)2Pb 0,2 M,
larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, larutan etanol 95%, buffer pH 4,7,
kertas label dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, dan batang
pengaduk.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pengendapan dengan Logam
Disiapkan 4 pasang (8 buah) tabung
reaksi yang bersih. Kemudian masing-masing pasangan tabung diisi dengan 3 mL
larutan albumin, glisin, asam aspartat, dan alanin. Kemudian, 3 tabung pertama
masing-masing ditambahkan dengan 5 tetes HgCl2 0,2 M dan dicampur
dengan baik, dan 3 tabung yang lain ditambahkan dengan (CH3COO)2Pb,
amati dan dicatat hasilnya.
3.3.3 Pengendapan dengan Alkohol
Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang
bersih. Kemudian masing-masing tabung diberi label dengan tanda tabung I, II,
dan III. Tabung I diisi dengan 5 mL larutan albumin telur, kemudian ditambahkan
dengan 1 mL HCl 0,1 M. Kemudian tambahkan dengan 6 mL etanol 95%, amati dan catat
perubahan yang terjadi. Tabung II diisi dengan 5 mL larutan albumin telur
kemudian ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 M dan tambahkan 6 mL Etanol 95%. Amati dan catat
perubahan yang terjadi. Tabung III diisi dengan 5 mL larutan albumin telur
kemudian ditambahkan 1 mL buffer asetat pH 4,7, kocok dan tambahkan 6 mL Etanol
95% amati dan catat perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Tabel Pengendapan
dengan Logam
No.
|
Larutan Contoh
|
0,2 M
|
0,2 M
|
1.
|
Albumin
|
Keruh
dan ada endapan putih
|
Keruh
|
2.
|
Alanin
|
Bening
|
Bening
|
3.
|
Glisin
|
Bening
|
Bening
|
4.
|
Asam Aspartat
|
Bening
|
Bening
|
4.1. 2 Tabel Pengendapan dengan Alkohol
Larutan Contoh
|
Tabung
|
||
I
|
II
|
III
|
|
Albumin
|
Terbentuk
3 fase (Bening, putih, keruh) dan ada endapan
|
Terbentuk
3 fase (Bening, putih, keruh) dan ada endapan
|
Terbentuk
3 fase (Bening, putih, keruh) dan ada endapan
|
4.2
Reaksi
4.2.1 Reaksi Pengendapan dengan Logam
a. Albumin
b. Alanin
c. Glisin
d. Asam
Aspartat
4.2.2
Reaksi
Pengendapan dengan Logam
a. Albumin
b. Alanin
c. Glisin
d. Asam
Aspartat
4.2.3
Pengendapan
dengan Alkohol
a. NaOH
b. HCl
c. Buffer
asetat pH 4,7
4.3
Pembahasan
Reaksi pengendapan dengan logam dilakukan dengan penambahan
HgCl2 ke dalam albumin, alanin, glisin dan asam aspartat.
Penambahan HgCl2 ini
untuk melihat reaksi protein terhadap logam Hg. Hasilnya ialah pada albumin
larutannya keruh dan ada endapan sedangkan 3 asam amino (alanin, glisin dan
asam aspartat) tidak mengalami perubahan (tetap bening). Hal ini terjadi karena
albumin memiliki banyak gugus karboksil dan gugus amina sedangkan pada asam
amino alanin, glisin dan asam aspartat hanya memiliki satu gugus karboksil atau
satu gugus amina.
Pengujian pengendapan dengan logam selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan larutan menambahkannya
ke dalam albumin dan asam amino (alanin, glisin, dan asam aspartat). Hasilnya
ialah albumin larutannya menjadi keruh sedangkan pada asam amino tidak terjadi
perubahan. Hal ini terjadi juga karena dipengaruhi oleh gugus karboksil dan
gugus amino.
Pengujian
protein selanjutnya ialah pengendapan dengan alkohol. Tujuannya ialah untuk
mengetahui reaksi protein dan asam amino pada keadaan basa, asam dan netral.
Percobaan ini dimulai dengan menambahkan HCl, NaOH, buffer asetat pH 4,7 pada
masing-masing tabung yang berisi larutan albumin. Pada saat diamati terbentuk
tiga fase yaitu bening, putih dan keruh dan juga terdapat endapan tetapi
endapan pada buffer asetat pH 4,7 endapannya lebih banyak. Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein
dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam
suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam). Buffer pH 4,7
endapannya lebih banyak karena 4,7 adalah titik isoelektrik dari albumin. Titik
isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah ion
positif dan ion negatife sama sehingga penambahan senyawa organik seperti
aseton dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan
kelarutan protein.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan maka dapat
disimpulkan:
1.
Pada
reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg dan Pb
bereaksi positif ditandai dengan adanya pengendapan.
2.
Pada
reaksi uji protein dengan pengendapan alkohol bereaksi positif pada suasana
asam dan basa serta tergantung pada pH reaksi.
5.2 Saran
Sebaiknya alat-alat dalam laboratoium dilengkapi
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., dan Cain, M.L., 2008, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fes Fesenden, J.S., Fessenden, R.J., 1992. Kimia Organik, Jilid II, Erlangga,
Jakarta.
Le lehninger, A.l., 1982, Dasar-dasar Biokimia, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Ngili,
Y., 2010, Biokimia Dasar, Penerbit Rekayasa
Sains, Bandung.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Tim Dosen Kimia, 2012, Kimia Dasar I, UPT
MKU-IAD Universitas Hasanuddin, Makassar.
Comments
Post a Comment