REAKSI – REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam
amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2).
Dalam biokimia
seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang
sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus
karboksil memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein (Anonim, 2011).
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein (Anonim, 2011).
Nilai gizi protein
suatu bahan pangan ditentukan bukan saja oleh kadar protein yang dikandungnya,
tetapi juga oleh ketersediaan atau dapat tidaknya protein tersebut digunakan
oleh tubuh. Salah satu parameter nilai gizi protein adalah daya cernanya yang
didefinisikan sebagai efektivitas absorbsi protein oleh tubuh (Asrullah dkk.,
2012).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein,
baik menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam, dengan cara ini
diperoleh campuan bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam
amino maupun kualitasnya masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan
antara asam-asam amino tersebut. Protein tersusun dari berbagai
asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida.
Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam
amino yang dikenal sebagai asam amino
dasar atau asam amino baku
atau asam amino penyusun protein
(proteinogenik) (Poedjiadi, 1994).
Berdasarkan
landasan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan mengenai reaksi-reaksi
spesifik asam amino dan protein.
1.2 Maksud
dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud
Percobaan
Untuk
mengetahui, memahami dan mempelajari reaksi-reaksi spesifik dari asam amino dan
protein.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini ialah:
1. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik amino triptofan
melalui percobaan Adamkiewitz-Hopkins.
- Mengetahui reaksi uji
protein dengan terjadinya pengendapan, melalui proses termokoagulasi dan
pengendapan dengan asam kuat seperti asam nitrat dan asam organik.
1.3 Prinsip
Percobaan
Mengidentifikasi protein dengan mengidentifikasi reaksi spesifik asam
amino dan protein dengan beberapa
pereaksi tertentu yaitu melalui reaksi Adamkiewitz-Hopkins dan pengendapan
dengan asam kuat seperti asam nitrat dan asam organik yang ditandai dengan
adanya perubahan warna, suhu dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi
uji positif terhadap asam amino dan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata protein berasal dari kata protos yang
berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu berperan
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan protein memegang
peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan
baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping
itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh adalah salah
satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri
penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein (Poedjiadi,1994).
Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak dapat dideteksi
secara visual pada kromatografi atau cara analisis lainnya. Dengan mengubahnya
menjadi senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya. Reaksi warna yang penting
dari asam amino adalah reaksinya dengan ninhidrin karena intensitas warna yang
terbentuk pada reaksi ninhidrin ini sebanding dengan konsentrasi asam aminonya
maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa kuantitatif. Contohnya: reaksi
ninhidrin ini dipakai pada alat analisa otomatik asam amino, suatu alat untuk
memisahkan asam amino dengan memakai kolom penukar ion dan ditentukan
konsentrasi relatifnya (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua
gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang
digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada
asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung
kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang
mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan
esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai
asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa
dan menerima proton dari basa kuat (Poedjiadi, 1994).
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino dan protein antara lain (Poedjadi,1994) :
a. Reaksi Sakaguci
Reaksi
sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi naftol dan natrium hipobromit. Pada dasarnya
reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin
atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah.
b.
Reaksi Xantoprotein
Larutan
asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein.
Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin,
fenil alanin dan triptofan.
c.
Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan
dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat dan
membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan
dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa
saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan. Reaksi
Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.
Protein
mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan
mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Reaksi ini
didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein
menjadi senyawa yang berwarna kuning. Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang
mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam
pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau
ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini
disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein (Page, 1985).
Protein
seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik
Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai
selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak
bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu
protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol. Berdasarkan
sifat-sifat yang dimiliki protein, seperti kemampuan membentuk warna dan
mengendap ketika bereaksi dengan zat lain dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaanya pada sampel bahan yang belum diketahui. Uji Ninhidrin adalah
reaksi yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan kosentrasinya
dalam larutan. Ninhidrin jika bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan
warna violet. Warna tersebut dihasilkan dari semua asam amino dengan NH2
primer dan intensitas setiap warna tergantung pada kosentrasi asam amino. Hanya
prolin yang mempunyai gugus amino sekunder yang memberikan warna kuning (Page,
1985).
Ada beberapa ciri molekul protein yaitu (Stanley, 1988) :
a. Berat molekulnya besar, ribuan bahkan sampai
jutaan, sehingga merupakan makromolekul.
b. Umumnya terdiri dari 20 asam amino. Asam amino berikatan
secara kovalen satu dengan yang lainnya dalam variasi urutan-urutan yang
bermacam-macam, membentuk suatu rantai polipeptida. Ikatan peptida merupakan ikatan
gugus karboksil dari asam amino yang satu dengan asam amino lainnya.
c. Terdapatnya ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya
lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur 3 dimensi protein.
Sebagai contoh ikatan hidrogen, ikatan hidrofob/ikatan apolar, ikatan ion atau
ikatan elektrostatik dan ikatan Van Der Waals.
d. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa
faktor seperti: pH, radiasi, temperatur, dan medium pelarut.
e. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan
terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan khas struktur molekulnya.
f. Beraksi positif terhadap pereaksi uji-uji
yang spesifik seperti: Biuret, Ninhidrin dan Millon, Xantoprotein, Sakaguchi,
Adamkiewitz.
Denaturasi
ada dua macam yaitu (Lehninger,1990) :
1.
Pengembangan rantai peptida dan pemecahan protein
menjadi kecil tanpa diikuti pengembangan molekul seperti pada polipeptida.
2.
Denaturasi yang tergantung pada keadaan molekul seperti
pada bagian molekul yang tergabung dalam struktur sekunder.
Fungsi suatu protein selain sebagai bahan makanan
tergantung sepenuhnya pada strukutur tiga dimensionalnya. Pada suatu protein
dapat ditambahkan beberapa zat yang dapat merubah struktur sekunder, tersier,
dan kuartener dari protein tersaebut. Sebagai contoh: konsentrasi ion yang tinggi
dapat mematahkan ikatan S-S diantara cystein. Meskipun zat ini tidak berubah
untuk memecahkan ikatan peptida, sehingga struktur primernya tidak berpengaruh,
tetapi perlakuan ini dapat merusak sifat protein yang menyebabkan protein
tersebut tidak berfungsi semestinya. Protein tersebut mengalami proses
denaturasi. Sebagai contoh apabila lisozim didenaturasikan maka protein tersebut
tidak dapat lagi merubah polisakarida seperti biasa. Denaturasi suatu enzim
menyebabkan enzim itu tidak dapat berfungsi lagi (Wibraham, 1992).
Denaturasi antibodi menyebabkan zat-zat tersebut tidak
dapat mengenal dan bereaksi dengan antigen. Jika fungsi protein tergantung pada
konfirmasinya, maka lazim pula dikatakan bahwa konfirmasi protein tergantung
pada struktur primernya. Dengan kata lain pada urutan tepat di dalam protein
tersebut. Jika diambil zat lisozim yang telah didenaturasi dan mengembalikan
kondisi pH, kadar garam dan sebagainya dalam kondisi normal, maka lisozim
tersebut mendapatkan kembali struktur sekunder dan tersiernya yang khas. Ini
dapat dilihat dari kembalinya sifat katalitik. Begitu juga dengan antibodi,
yang dapat didenaturasi secara reversibel, dikembalikan dalam keadaan normal,
maka antibodi tersebut memperoleh kembali kemampuannya untuk mengikat antigen (Wibraham, 1992).
Triptofan
merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein yang bersifat
esensial bagi manusia. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino
lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian D-triptofan ditemukan pula di alam
(contohnya adalah pada bisa
ular laut kontrifan). Gugus
fungsional yang dimiliki triptofan, indol, tidak dimiliki
asam-asam amino dasar lainnya. Akibatnya, triptofan menjadi prekursor banyak
senyawa biologis penting yang tersusun dalam kerangka indol. Triptofan adalah
prekursor melatonin (hormon
perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf)
dan niasin (suatu vitamin).
Indol adalah sebuah aromatik heterosiklik senyawa organik. Bisiklik memiliki struktur, yang
terdiri dari enam anggota benzen cincin melebur kelima-anggota nitrogen yang mengandung pirol cincin. Indol adalah komponen populer wewangian dan pendahulu
untuk banyak obat-obatan. Senyawa yang mengandung sebuah cincin indol disebut
indoles. Derivatif yang paling terkenal adalah asam amino triptofan. Indol berbentuk padat pada suhu kamar. Indole dapat diproduksi oleh bakteri sebagai produk degradasi asam amino triptofan (Colby,
1985).
Protein
dapat terdenaturasi dan daya cerna protein akan menurun oleh penambahan larutan
asam dan pemanasan suhu tinggi terhadap bahan makanan terutama bahan makanan
yang memiliki kadar protein tinggi misalnya pada ikan (Asrullah dkk., 2012).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan protein (albumin), larutan
asam amino (Alanin, Asam aspartat, Glisin), reagen Hopkins, larutan NaOH 0,1 M,
larutan asam nitrat (HNO3) pekat, larutan asam sulfat (H2SO4)
pekat, larutan asetat (CH3COOH) 0,1 M, larutan asam trikloroasetat 7%, sabun cair, tissue roll, kertas label.
3.2 Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah
tabung reaksi, pipet skala 2
mL, pipet tetes, gegep, rak tabung, sikat tabung, gelas kimia 500 mL, kompor listrik.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Reaksi
Adamkiewitz-Hopkins
Sebuah tabung reaksi diisi dengan
larutan albumin 2 mL dan
asam-asam amino (alanin, asam aspartat, dan glisin) 2 mL
pada 5 tabung reaksi lainnya, ditambahkan 2 mL larutan glioksilik (reagen
Hopkins) ke dalam tabung yang berisi albumin dan asam-asam amino tadi,
ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat ke dalam tabung reaksi tanpa
mencampur, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
3.3.2
Reaksi-reaksi
pengendapan
1) Termokagulasi
Sebuah
tabung reaksi diisi dengan larutan albumin 5 mL dan asam amino (alanin) 5 mL pada 5 tabung reaksi lainnya, ditambahkan 1
tetes NaOH 0,1 M ke dalam tiap tabung, dipanaskan semua tabung sampai mendidih,
ditambahkan larutan panas tadi dengan asam asetat 0,1 M sebanyak 1 tetes diamati perubahan yang terjadi.
2) Pengendapan dengan asam kuat
a. Asam nitrat
Sebuah tabung reaksi diisi dengan
larutan albumin 2 mL dan asam amino (alanin) 2 mL, ditambahkan larutan
asam nitrat pekat 1 mL pada dasar tabung tanpa mencampur, diamati perubahan
yang terjadi.
b. Asam organik
Sebuah tabung reaksi diisi dengan
larutan albumin 2 mL dan asam amino (alanin) 2 mL, ditambahkan 1 mL
larutan trikloroasetat 7 %
pada dasar tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1 Reaksi AdamKiewitz-Hopkins
Larutan protein dan larutan asam amino
|
Warna
|
|
Reagen Hopkins
|
H2SO4
|
|
Albumin
|
Bening
|
Berbusa, terdapat endapann putih, cairan berwarna
kuning tua
|
Glisin
|
Bening
|
Bening
|
Asam aspartat
|
Bening
|
Bening
|
Alanin
|
Bening
|
Bening
|
4.1.2 Reaksi-Reaksi Pengendapan
4.1.2.1 Termokoagulasi
Larutan protein dan larutan asam amino
|
Warna
|
||
NaOH
|
Dipanaskan
|
Asam aspartat
|
|
Albumin
|
Bening
|
Berwarna putih susu, ada endapan
|
Berwana putih susu dan endapan bertambah
|
Alanin
|
Bening
|
Bening
|
Bening
|
4.1.2.2 Pengendapan dengan Asam Kuat
a. Asam Nitrat
Larutan protein dan asam amino
|
Asam Nitrat
|
Albumin
|
Bagian atas berwarna
putih, bagian bawah kuning dan diantaranya terdapat cincin flokulasi
|
Alanin
|
Bening
|
b. Asam Organik
Larutan protein dan asam amino
|
TCA 7%
|
Albumin
|
Ada endapan dan terdapat cincin flokulasi
|
Alanin
|
Bening
|
4.3 Pembahasan
4.3.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Percobaan
Adam Kiewitz-Hopkins ini, tabung pertama larutan albumin sebanyak 2 mL ditambahkan
Reagen Hopkins, hasilnya ialah cairan berbusa, terdapat endapan putih
dan cairan berwarna kuning tua.
Fungsi H2SO4 adalah sebagai oksidator agar terbentuk cincin pada
percobaan. Hasil ini menunjukkan percobaan ini sesuai dengan teori karena menunjukkan bahwa protein mengandung asam
amino triptofan yang memiliki gugus indol.
Tabung kedua diisi dengan glisin, tabung ketiga diisi dengan asam aspartat, dan tabung keempat
diisi dengan alanin ditambahkan
Reagen Hopkins dan tidak mengalami perubahan atau tetap bening kemudian
ditambahkan H2SO4 tetap tidak mengalami perubahan warna
atau bening.
4.3.2 Reaksi-Reaksi Pengendapan
4.3.2.1 Termokoagulasi
Percobaan
ini semua tabung diisi dengan masing-masing tabung pertama dengan albumin
dan tabung kedua dengan alanin 5 mL. Kemudian semua larutan ditambahkan
dengan NaOH 0,1 M satu tetes. Penambahan larutan NaOH untuk mengetahui
pengaruh larutan pada saat dalam keadaan basa. Hasilnya larutan tidak mengalami
perubahan atau tetap bening. Selanjutnya semua tabung dipanaskan dan tabung
pertama mengalami perubahan dari bening menjadi keruh seperti putih susu dan
terdapat endapan sedangkan tabung kedua tidak mengalami perubahan warna. Fungsi dari dipanaskannya larutan adalah untuk
mengetahui denaturasi pada larutan. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan asam asetat satu tetes, tabung pertama yang berisi larutan albumin endapannya bertambah banyak yang berwarna seperti putih susu sedangkan tabung alanin tetap bening atau tidak bereaksi. Fungsi penambahan asam asetat adalah untuk mengembalikan
suasana netral pada larutan. Bertambahnya endapan pada larutan albumin
membuktikan bahwa protWein dapat mengendap pada suasana netral.
3.2.2 Pengendapan dengan Asam Kuat
a.
Asam Nitrat
Tabung
pertama diisi dengan albumin dan tabung kedua dengan alanin 2 mL. Kemudian masing-masing tabung reaksi
diisi dengan larutan asam nitrat pekat sebanyak 1 mL. Tabung pertama yang
berisi albumin putih keruh seperti putih susu setelah mengalami perubahan warna
menjadi kuning muda dan terdapat cincin flokulasi yang membatasi antara
albumin dan asam nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa larutan protein mengalami
denaturasi. Perubahan ini terjadi karena larutan protein (albumin) dapat
bereaksi dengan asam asetat. Adanya perubahan warna disebabkan adanya senyawa
yang mengandung kromatoform. Tabung kedua yang berisi alanin ditambahkan asam
nitrat tidak mengalami perubahan karena alanin tidak mengandung triptofan.
b.
Asam Organik
Tabung
pertama diisi dengan albumin dan tabung kedua dengan alanin sebanyak 2 mL. Kemudian semua tabung ditambahkan
TCA 7% sebanyak 1 mL dan menghasilkan
tabung pertama terdapat endapan dan mengalami 2 fase dan diantaranya terdapat
cincin flokulasinya. Perubahan ini
terjadi karena larutan protein atau albumin dapat bereaksi dengan larutan TCA7 % dan menandakan bahwa larutan
protein (albumin) dapat mengalami denaturasi dari penambahan TCA 7%, sedangkan pada tabung kedua yang berisi
alanin tidak ada endapan karena tidak dapat bereaksi dengan TCA 7%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
percobaan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Reaksi asam amino dan protein melalui uji
Adamkiewitz-Hopkins tidak memberikan warna cincin ungu yang membuktikan adanya
gugus indol spesifik asam amino triptofan pada albumin, tetapi memberikan uji
negatif yaitu putih kecoklatan.
2.
Protein akan mengalami denaturasi apabila dipanaskan
hingga mendidih seperti pada reaksi termokoagulasi dan apabila ditambahkan
dengan asam-asam kuat seperti penambahan asam nitrat pekat pada reaksi
pengendapan asam nitrat dan asam trikloroasetat 7% pada reaksi pengendapan asam
organik.
5.2 Saran
Untuk laboratorium sudah baik karena alat dan bahan disediakan oleh
laboratorium dan sebaiknya pada saat prktikum harus dengan hati-hati agar lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Protein
dan Asam Amino, (online), (http://www.wikipedia.org., diakses
pada tanggal 26 November 2013, pukul 22:37 WITA).
Asrullah, M.,
Mathar, A. H., Citrakesumasari, Jafar, M., Fatimah, S., 2012. Denaturasi dan
Daya Cerna Protein pada Proses Pengolahan Lawa Bale (Makanan Tradisional
Sulawesi Selatan), Journal Unhas, 1(8), 84-91, (Http://www.journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/articlepenelitian diakses pada tanggal 27 Oktober 2013).
Colby, D. S., 1985, Ringkasan Biokimia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1997, Dasar-dasar
Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Lehninger, A., L, 1990, Dasar-dasar Biokimia,
Erlangga, Jakarta.
Page, 1985, Kimia Organik. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar
Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Stanley, H., 1988, Kimia Organik, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Wibraham, A.C., dan Matta,
M.S, 1992, Kimia Organik dan Hayati,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Permisi kak, saya mau nanya. Kira kira penyebab terjadinya koagulasi terhadap kuning telur yang dicampurkan dengan madu itu apa ya kak? Apa ada hubungannya antara protein dengan zat asam pada madu? Jika iya, mengapa hal tersebut terjadi? Terimakasih kak :)
ReplyDelete