KESEGARAN SUSU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan bahan pangan yang
tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi seimbang, bernilai gizi tinggi,
mudah dicerna dan mengandung semua unsur makanan yang dibutuhkan manusia.
Dengan kandungan nutrisinya yang lengkap, susu merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu susu mudah mengalami kerusakan.
Untuk mencegah kerusakan susu oleh mikroba, dilakukan
berbagai upaya pengawetan antara lain sterilisasi, pasteurisasi, fermentasi dan lain-lain Berbagai macam mikroorganisme mudah tumbuh dan berkembang dengan cepat pada kondisi kamar, sehingga penanganan awal setelah pemerahan merupakan perlakuan yang sangat penting untuk menjaga kesegaran dan keawetan air susu. Pada dasarnya susu yang keluar dari ambing relatif steril. Mikroorganisme yang ada dalam susu diduga berasal dari udara (Zubaidah dkk., 2012).
berbagai upaya pengawetan antara lain sterilisasi, pasteurisasi, fermentasi dan lain-lain Berbagai macam mikroorganisme mudah tumbuh dan berkembang dengan cepat pada kondisi kamar, sehingga penanganan awal setelah pemerahan merupakan perlakuan yang sangat penting untuk menjaga kesegaran dan keawetan air susu. Pada dasarnya susu yang keluar dari ambing relatif steril. Mikroorganisme yang ada dalam susu diduga berasal dari udara (Zubaidah dkk., 2012).
Akhir-akhir ini banyak dijumpai
produk susu pasteurisasi yang beredar di sekolah-sekolah TK, SD dan SMP di
Kotamadya Malang. Produk ini djual dengan kemasan plastik, dalam kondisi
dingin, dengan harga bervariasi antara Rp. 500,- s/d Rp. 1.100,- dan pada
umumnya diproduksi dalam skala rumah tangga. Selama ini belum diteliti apakah
susu pasteurisasi yang beredar di pasaran telah memenuhi persyaratan keamanan
pangan, mengingat sebagian besar konsumen merupakan kelompok balita dan
anak-anak yang rentan terhadap bakteri patogen. Jumlah bakteri E.coli pada susu
pasteurisasi tidak diperkenankan lebih 10 koloni/ml. Adanya E. coli pada susu
pasteurisasi dapat disebabkan karena adanya berbagai strain yang resisten
terhadap panas, tidak sempurnanya proses pasteurisasi, serta rekontaminasi
setelah proses sterilisasi (Zubaidah dkk., 2012).
Berdasarkan teori tersebut maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud dan
Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan mempelajari cara penetapan kesegaran
susu dengan menggunakan uji metilen biru.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan
pengaruh pemanasan terhadap kesegaran susu.
2. Menentukan
pengaruh penambahan formaldehid terhadap kesegaran susu.
1.3 Prinsip Percobaan
Menentukan kesegaran susu dengan mereaksikan susu segar
dengan perlakuan pemanasan, penambahan formaldehid atau air dan
mengidentifikasi dengan metilen biru sehingga enzim schardinger yang terdapat
dalam susu mengkatalisis oksidasi formaldehid menjadi asam-asam dalam suasana
anaerob yang terlihat dari perubahan warna dari biru menjadi putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu segar adalah susu murni, tidak
mengalami pemanasan, dan tidak ada penambahan bahan pengawet. Susu sapi segar
mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%), albumin
(0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga
mengandung vitamin, sitrat, dan enzim (Dwidjoseputro, 1989).
Susu tersusun dari berbagai nutrien,
baik yang terlarut dalam air maupun terdispersi dalam bentuk koloid. Sistem
koloid tersebut bersifat kompleks, tetapi pada dasarnya merupakan emulsi lemak
dalam air. Adapun persentase rata-rata komposisi susu (Gaman dan Sherrington,
1994):
Protein
|
3,3 %
|
Lemak
|
3,8 %
|
Karbohidrat
|
3,7 %
|
Air
|
87,6 %
|
Vitamin dan Mineral
|
0,7 %
|
Susu
merupakan makanan sempurna bagi anak sapi, mempunyai nilai gizi tinggi. Susu
merupakan sumber penting protein, riboflavin dan kalsium serta memberikan
sejumlah vitamin B dan vitamin A. Namun susu bukanlah merupakan makanan
sempurna bagi manusia karena susu relatif kekurangan zat besi, vitamin C dan
vitamin D. Bila susu dipanaskan, protein di dalam air didih akan terkoagulasi
dan membentuk suatu lapisan di permukaan. Lapisan tersebut akan menahan uap dan
menyebabkan susu mudah meluap. Pada pemasakan yang lebih lama mungkin terjadi
karamelisasi laktosa (Gaman dan Sherrington, 1994).
Ada 3
komponen dalam air susu yang mempengaruhi mutu susu dalam pengolahan antara
lain (Setiawati dan Rahayu, 1992):
a. Lemak susu
Lemak susu mempunyai nilai gizi yang
tinggi karena jumlah kalori yang dikandungnya, vitamin-vitamin dan asam-asam
lemak esensial. Lemak susu menentukan rasa, bau dan tekstur air susu.
b. Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat yang
digunakan untuk pembuatan bahan makanan bayi. Penyerapan laktosa dalam dinding
usus dapat merangsang penyerapan kalsium, fosfor dan mineral lain yang
disebabkan karena kenaikan daya serap (permeabilitas) dinding sel.
c. Protein
Komponen protein susu antara kasein,
laktoglobin dan laktaalbumin yang dihasilkan dari proses sedimentasi. Koagulasi
protein susu yang disebabkan kontaminasi susu dengan bakteri-bakteri merupakan
hal yang tidak dikehendaki karena menyebabkan rusaknya air susu. Kasein susu digunakan
unutk pembuatan lem, industri cat yang larut dalam air dan industri plastic.
Komposisi susu yang lain yaitu (Poedjiadi, 1994):
1. Kasein (protein susu)
Kasein termasuk
dalam protein konjugasi yatiu yang mengandung senyawa lain yang non protein.
Kasein tersusun oleh protein dan pospat yang mengandung lesitin yang disebut
fosfoprotein.
2. Laktosa
-1,2 gal (galaktosa), glu (glukosa)
3. Lemak susu (lemak jenuh)
Terdiri dari
trigliserida –trigliserida butirodilein, butiropalmitolein, oleodipalmitin dan
sejumlah kecil trieleum.
4. Vitamin B2 (Riboflavin).
Sifat dari
riboflavin adalah larut dalam air dan memberi warna kuning kehijauan, mudah
rusak oleh adanya cahaya.
Mengenai unsur-unsur
apa, dan masing-masing berupa banyaknya tidak ada ketentuan. Baik kualitas maupun kuantitas vitamin yang
terdapat dalam air susu itu bervariasi. Air susu yang sehat mempunyai sifat-sifat tertentu
(Kanisius, 1993) :
1.
Warna
Warna air susu yang
sehat adalah putih kekuning-kekuningan dan tidak tembus cahaya. Air susu yang
berwarna agak merah atau biru, terlalu encer seperti air adalah susu yang tidak
normal. Warna air susu yang kemerah-merahan memberi dugaan bahwa air susu
tersebut berasal dari sapi yang menderita Mastitis. Warna kebiruan menunjukkan
bahwa air susu telah dicampur air terlampau banyak. Sedang susu yang berlendir,
bergumpal, menandakan bahwa air susu tersebut sudah rusak.
2.
Bau
dan rasa
Air susu yang masih
segar dan murni memiliki bau yang khas. Bau yang asam menunjukkan bahwa air
susu sudah basi, terlalu lama disimpan. Air susu yang berbau busuk menunjukkan
bahwa air susu sudah rusak sama sekali. Air susu yang masih segar dan murni
rasanya enak, sedikit manis dan agak berlemak. Air susu yang rasanya asin, atau
mungkin agak masam, pahit, menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai rusak. Rasa
hambar berarti air susu itu banyak dicampuri air.
3.
Berat
jenis
Berat jenis pada
air susu sangat dipengaruhi oleh:
a.
Susunan
air susu itu sendiri
Dalam hal ini yang
menentukan ialah kadar bahan keringnya. Semakin tinggi kadar bahan keringnya
maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya dan demikian sebaliknya.
b.
Temperatur
Air susu akan
mengembang pada suhu yang semakin tinggi, per satuan
volume air
susu pun mengembang pula menjadi menjadi ringan. Dan sebaliknya, dengan
pendinginan, air susu akan menjadi padat sehingga per kesatuan volume akan
menjadi lebih berat. Oleh karena itu, di Indonesia berat jenis air susu itu
ditetapkan pada temperatur 27,5 0C (suhu kamar).
4.
Derajat
keasaman
Susu yang normal
derajat keasamannya sekitar 4-7,5 pH. Susu yang rusak derajat keasamannya akan
meningkat.
Air susu merupakan
bahan makanan yang mudah rusak, oleh sebab itu perlu mendapat perawatan secara
khusus. Setelah air susu diperah, segera dibawa ke kamar susu, kemudian
disaring. Penyaringan ini pun perlu dilakukan dengan segera guna menghindari
agar jangan sampai kuman-kuman yang hinggap pada kotoran di dalam air susu
mendapat kesempatan untuk berkembang biak lebih lanjut. Sesudah air susu
disaring, barulah ditakar; hal ini bila sekiranya ingin mengetahui jumlah
produksi (Kanisius, 1993).
Susu merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat,
vitamin (terutama vitamin A dan niasin) serta mineral (kalsium dan fosfor). Satu
satuan penukar mengandung 110 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat dan 7
gram lemak (Poedjiadi, 1994).
Susu merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat,
vitamin (terutama vitamin A dan niasin) serta mineral (kalsiumdan fosfor). Satu
satuan penukar mengandung 110 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat dan 7
gram lemak
(Poedjiadi, 1994).
Bahan Makanan
|
Berat (gram)
|
URT
|
Susu kambing
Susu kental
tidak manis
Tepung susu
(whole milk)
Tepung susu
skim*
Tepung
saridele
|
150
100
25
20
25
|
¾ gelas
½ gelas
4 sendok
makan
4 sendok
makan
4 sendok
makan
|
*
Perlu ditambah ¾ satuan penukar minyak untuk melengkapi lemaknya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah susu segar, larutan
metilen biru 0,02%, larutan formaldehid netral 0.5%, vaselin, akuades, es batu,
kertas label, dan tissue roll.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung Thunberg, rak
tabung reaksi, pipet tetes, pipet skala, gegep, gelas
kimia 500 mL, labu semprot dan inkubator.
3.3 Prosedur Kerja
Tiga buah tabung thunberg diisi dengan 2,5 mL susu pada
setiap tabung kemudian tabung pertama dipanaskan dalam penangas air dan
didihkan selama 1 menit.
Sedangkan pada tabung kedua dan ketiga tidak diadakan perlakuan. Selanjutnya
sebanyak 0,5 tetes Mb 0,02 % ditambahkan pada setiap tabung. Sebanyak 0,5 mL
foemaldehid 0,5 % dipipet ke bagian dalam tutup tabung thunberg pada tabung
pertama dan kedua, sedangkan pada tabung ketiga dipipet 0,5 mL aquadest.
Lalu dinding tutup tabung diolesi dengan vaselin lalu ditempatkan pada
tempatnya sehingga lubang pada tutup tersebut tepat pada pipa samping. Setelah
itu ketiga tabung divakumkan dengan tabung tetap dalam air es (putar terlebih
dahulu tutup tabung sebelum dilepaskan dari pompa). Ketiga tabung
ditempatkan dalam inkubator dengan suhu 40 ºC selama 5 menit.
Kemudian isi tabung dengan isi yang berada dalam tutup dicampurkan, lalu
pemanasan diteruskan dalam inkubator. Perubahan yang terjadi diamati
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada percobaan penetapan kesegaran susu,
yang diamati adalah jalannya reaksi yang terkandung dalam susu yang
mengkatalisis oksida macam aldehid menjadi asam, dengan melihat perubahan warna
dari ketiga tabung yaitu dari warna biru menjadi tak berwarna atau dari bentuk
reduksi menjadi bentuk osidasi. Reduksi pada percobaan ini berlangsung secara
anaerob dengan cara divakumkan dengan akseptor hidrogen yang sesuai (metilen
biru). Adapun data atau hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel . Hasil Pengamatan Penentuan Kesegaran Susu
Waktu
(menit)
|
Tabung
|
||
I
|
II
|
III
|
|
5
10
15
20
25
30
|
+ + + +
+ + + +
+ + +
+ + +
+ + +
+ ++
|
+ +
+ +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + +
+
|
+ + + +
+ + +
+ + +
+ + +
+ + +
+ + +
|
Keterangan :
+ + + + : biru tua +
+ : biru muda
+ + + : biru keputihan +
: agak putih
4.2 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi adalah
4.3 Pembahasan
Percobaan ini akan ditentukan
kesegaran susu berdasarkan enzim Schardinger yang terdapat dalam susu tersebut.
Sebanyak 3 buah tabung thunberg disiapkan dan masing-masing diisi dengan 5 mL
susu segar. Tabung yang pertama dipanaskan dengan tujuan untuk menonaktifkan
(merusak) enzim yang terdapat dalam susu tersebut dan kemudian ditambahkan Mb 0,02
% sehingga terjadi perubahan dari warna putih menjadi biru muda. Penambahan Mb
sebagai akseptor hidrogen yang mana dalam susu akan berubah jadi putih bila
tereduksi oleh enzim dalam susu tersebut.
Pada tabung I dan II
ditambahkan formaldehid netral dengan tujuan untuk memberikan zat yang
teroksidasi oleh enzim yang terdapat dalam susu tersebut. Formaldehid
memberikan gugus aldehid yang dapat dioksidasi oleh enzim schardinger. Pada
tabung II dan III setelah ditambahkan Mb 0,02 % terjadi perubahan warna dari
putih menjadi biru muda.
Pada tabung III ditambahkan
aquadest yang bertujuan untuk pembanding terhadap tabung I dan tabung II yang
ditambahkan formaldehid berupa perbandingan kecepatan reaksi saat enzim Schardinger
bekerja tanpa substrat dan bekerja dengan menggunakan substrat (formaldehid).
Setelah itu dinding tutup tabung dioleskan dengan vaselin agar udara dari luar
tidak dapat masuk ke dalam tabung dan mudah jika dibuka. Setelah itu ketiga
tabung dimasukkan dalam air es dan kemudian divakumkan. Saat divakumkan tutup
dari tabung diputar agar udara tidak masuk lagi dan supaya enzim Schardinger
dapat aktif. Pemakuman dilakukan pada air es agar proses pemvakuman berlangsung
dengan baik. Pemakuman dilakukan
untuk menghilangkan udara di dalam tabung sehingga tidak ada lagi oksigen di
dalamnya yang dapat menumbuhkan bakteri yang dapat mempengaruhi reaksi dan
menonaktifkan kerja enzim tanpa merusak srtuktur kimianya. Selain itu,
reaksi oksidasi hanya dapat berlangsung dalam keadaan anaerob. Setelah itu dipanaskan dalam inkubator 40 oC selama 5 menit,
supaya susu dapat menyesuaikan suhu dengan inkubator. Suhu 40
oC dipilih karena enzim
dapat bekerja secara optimal pad
suhu 38 oC. Pada pemanasan 5 menit pertama ini isi tutup
tabung dicampur ke dalam tabung, dikocok hingga merata kemudian dipanaskan lagi
dalam inkubator sampai ada warna biru yang menjadi putih (interval waktu tiap 5
menit sampai 30 menit).
Tabung I, susu
dipanaskan kemudian ditambah Mb
dan formaldehid susu berwarna
biru tua pada menit ke-5, tetapi pada menit ke-15 berubah menjadi berwana biru
muda. Percobaan ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya pada tabung 1 proses
pemanasan menyebabkan enzim Schadinger
dan susu rusak sehingga tidak dapat mengoksidasi aldehid dan menghasilkan asam
(H+) yang akan diterima oleh Mb
pada susu. Pada
tabung II pada menit ke-5 berwarna
biru muda dan berubah pada menit ke-15 menjadi berwarna biru tua. Tetapi
seharusnya pada tabung II terjadi perubahan terus menerus karena
tidak melalui proses pemanasan sehingga enzim Schadinger dapat bekerja
dengan baik untuk mengoksidasi aldehid menjadi asam. Pada
tabung III pada menit ke-5 berwarna
biru muda dan berubah warna pada menit ke-15 menjadi berwarna biru keputihan.
Percobaan ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya tabung III mengalami
perubahan warna yang cukup lama akuades yang digunakan
disini susah untuk mengoksidasi aldehid menjadi asam. Dalam hal ini terdapat dua tahap sebelum
aldehid menjadi asam. Adapun tahap
tersebut yaitu aldehid akan bereaksi dengan air menjadi alkohol primer kemudian
tahap selanjutnya mengalami oksidasi menjadi asam karboksilat.
Kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi pada
percobaan ini ialah tabung yang digunakan tidak steril, susu yang digunakan
sudah tidak segar, dan penakaran pada saat memasukkan larutan ke dalam tabung
tidak sesuai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan adalah :
1.
Pemanasan yang tinggi dapat merusak enzim yang terdapat dalam
susu.
2.
Enzim pada susu dapat mengkatalisis oksidasi formaldehid dengan berubahnya
warna pada metilen biru dari biru menjadi putih.
5.2 Saran
Sebaiknya bahan yang
digunakan disediakan oleh laboratorium, selain itu inkubator baiknya ditambah
karena kurangnya inkubator menyebabkan praktikum lebih lambat karena harus
antri dalam memasukkan sampel susu. Untuk percobaan sebaiknya yang digunakan
bukan hanya satu jenis susu. Untuk asisten mungkin sebaiknya penjelasan
mengenai fungsi perlakuan dijelaskan lebih detail lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, 1982. Dasar-dasar
Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta.
Gaman, P.M. dan Sherrington, I.B.,
1994, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua,
UGM-Press, Yogyakarta.
Kanisius, A. A., 1993, Beternak Sapi Perah, Kanisius,
Yogyakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar
Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Zubaidah,
Elok., Kusnadi, J., dan Setiawan, P., 2012, Studi
Keamanan Susu Pasteurisasi yang Beredar di Kotamadya Malang (Kajian dari Mutu
Mikrobiologis dan Nilai Gizi), Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, 3(6), 29-34, (http://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/135 diakses 01
Desember 2013).
Comments
Post a Comment