LIPID
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah
lipid. Untuk memberikan defenisi yang jelas tentang
lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip.
lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip.
Lipid
adalah salah satu kelas molekul biologis berukuran besar yang tidak mencakup
polimer sejati, dan biasanya tidak cukup besar untuk dianggap sebagai
makromolekul. Senyawa-senyawa yang disebut lipid dikelompokkan menjadi satu
karena memiliki satu kesamaan ciri penting yaitu lipid sulit bercampur dengan
air, bahkan mungkin tidak bisa sama sekali. Perilaku hidrofobik lipid ini
disebabkan oleh struktur molekulnya. Walaupun mungkin memiliki beberapa ikatan
polar yang berasosiasi dengan oksigen, lipid sebagian besar terdiri dari
wilayah hidrokarbon. Lipid memiliki bentuk dan fugsi yang bervariasi
Lemak
adalah suatu senyawa atau molekul yang terbentuk dari asam lemak dan gliserol
dan ini akan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dengan menggunakan
larutan alkali. Lemak
berasal dari hewan, dan lemak bersifat jenuh dan merupakan padatan lunak pada
suhu ruangan dan minyak berasal dari tumbuhan dan minyak bersifat tak jenuh dan
berwujud cair pada suhu ruangan. Lemak dan minyak berfungsi sebagai pelarut
pada vitamin A,D E, dan K. Berdasarkan
teori tersebut maka dilakukanlah percobaan ini.
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.1
Maksud
Percobaan
Untuk mempelajari dan
memahami uji lipid melalui tes acrolein dan tes kolorimetri.
1.1.2
Tujuan
Percobaan
1.
Menentukan adanya gliserol dalam lemak
melalui tes acrolein ditandai dengan adanya bau khas.
2. Menentukan adanya gliserol dalam lemak melelui
tes kolorimetri yang ditandai dengan dengan perubahan warna menjadi hijau
zamrud.
1.2 Prinsip Percobaan
Mereaksikan larutan contoh yaitu minyak kelapa,
minyak wijen, minyak sawit, minyak VCO dan gliserol dengan beberapa pereaksi
seperti KHSO4, H2SO4, HCL pekat, NaOCl, dan
α-naflon melalui tes acrolein dan tes kolorimetri kemudian mengamati perubahan
yang terjadi seperti bau khas dan adanya perubahan warna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipid didefiniskan sebagai senyawa
yang tak larut dalam air yang diekstrak dari organisme hidup menggunakan
pelarut yang kepolarannnya lemah atau pelarut nonpolar. Defenisi ini
berdasarkan sifat fisik, berlawanan dengan defenisi protein, karbohidrat maupun
asam nukleat yang berdasarkan struktur kimuanya. Istilah lipid mencakup
berbagai macam kelompok senyawa yang berbeda-beda strukturnya (Ngili, 2010).
Senyawa-senyawa yang
termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara yang
digunakan untuk penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga
golongan besar yaitu (Poedjiadi, 1994) :
1. Lipid
sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alcohol. Misalnya pada lilin dan
gliserol.
2. Lipid
gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan misalnya
fosfolipid.
3. Derivat
lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya lemak dan
gliserol.
Selain itu lipid dapat juga dibagi dalam beberapa
golongan berdasarkan kemiripan struktur lazimnya, yaitu (Fessenden, 1992) :
1. Asam
lemah adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak,
baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam kaarboksilat
yang mempunyai rantai karbon yang panjang dengan rumus umum :
R – C – OH
Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah
atom karbon yang genap.
2. Lemak
adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu
trihidroksi alkoholl yang terdiri atas tiga atom karbon, jadi tiap atom karbon
mempunyai gugus – OH. Pada lemak saatu molekul gliserol mengikat tiga molkeul
asan lemak. Oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida :
R1 – COO –
CH2
R2 – COO –
CH
R3 – COO –
CH2
Lemak hewan
pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan lemak yang berasal
dari tumbuhan berupa zat cair.
3. Lilin
(wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol yang mempunyai rantai
karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin dapat diperoleh antara
lain dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Lilin dikeluarkan
oleh lebah untuk membentuk sarang tempat penyimpanan madu. Lilin tidak mudah
terhidrolisis seperti lemak dan tidak dapat diuraikan oleh enzim yang
menguraikan lemak.
4. Fosfolipid
adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat.
Oleh karenanya fosfolipid adalah suatu fosfogliserida.
5. Sfingolipid
adalah senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-satunya sfingolipid yang
mengandung fosfat adalah sfingomielin yan terdapat dalam jaringan saraf dan
dalam otak yang mengandung sfingosin dengan beberapa ikatan rangkap.
6. Terpen
merupakan senyawa yang kebanyakan terdiri atas kelipatan dari lima atom karbon.
7. Lipid
kompleks adalah lipid yang terdapat alam bergabung dengan senyawa lain misalnya
dengan protein atau dengan karbohidrat.
Asam lemak adalah asam
organik non unit pembangun yang khas pada kebanyakan lipida. Asam lemak adalah
asam organik berantai panjang yang memiliki atom karbon dari 4 sampai 24. Asam
lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang
panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut dalam air dan
tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau
berbentuk tunggal di dalam sel atau jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang
terikat secara kovalen pada berbagai klas lipida yang berbeda. Asam lemak dapat
dibebaskan dari ikatan ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatik. Hampir semua
asam lemak di alam memiliki jumlah ataom karbon yang genap asam lemak dengan 16
dan 18 karbon adalah yang paling dominan. Asam lemak yang umum dijumpai bersifat
tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi menjadi misel di dalam NaOH
atau KOH encer yang mengubah asam lemak menjadi sabun (Lehninger, 1990).
Lipida yang paling
sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun adalah
triasilgliserol juga sering dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida.
Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak
pada sel tumbuhan dan sel hewan tetapi umumnya tidak ditemukan pada membran.
Triasilgliserol dalam berbagai jenis tergantung pada identitas dan letak ketiga
komponen asam lemak yang terikat dengan ikatan ester oleh gliserol. Senyawa
yang mengandung satu jenis asam lemak pada ketiga posisi disebut
triasilgliserol sederhana golongan ini dinamakan menurut asam lemak yang
terkandung contohnya adalah tristeroilgliserol, tripalmitoilgliserol dan
triolrilgliserol yang mengandung asam
stearat, asam plamitat dan asam oleat berturut-turut. Triasilgliserol yang
mengandung dua atau lebih asam lemak yang berbeda disebut triasilgliserol
campuran. Triasilgliserol yang terdapat di dalam bersifat tidak larut dalam
air. Senyawa ini memiliki gravitas spesifik yang lebih rendah dari air yang
menyebabkan minyak membentuk lapisan atas pada bumbu salad campuran minyak dan
cuka. Triasilgliserol mudah larut dalam pelarut nonpolar sepeti khloroform,
benzena atau eter yang seringkali dipergunakan untuk sekresi lemak dari
jaringan. Trisilgliserol terutma berfungsi sebagai lemak penyimpan (Lehninger,
1990).
Perbedaan lemak dan
minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat
dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak
kelapa, yang mencair pada temperatur 21º - 25ºC, hampir sama dengan temperatur
kamar di daerah beriklim dingin dan dibawah temperatur kamar didaerah tropis.
Lemak dan minyak pada umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan
beberapa pengecualian. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua
atau tiga asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam
stearat dan satu asam oleat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik
yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya,
misalnya makanan yang dimakan dan temperatur yang mempengaruhi kehidupannya. Binatang
berdarah panas cenderung melakukan biosintesa lemak yang berbentuk cair pada
temperatur tubuhnya. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada temperatur yang lebih
rendah, maka tanaman ini lebih banyak membentuk trigliserida yang mempunyai
titik leleh lebih rendah (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Margarin atau oleo
margarine pertama dibuat orang dan dikembangkan tahun 1869 oleh Mege
Moories dengan menggunakan lemak sapi. Margarin merupakan pengganti mentega
dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin
juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan mengandung tidak
kurang 80% lemak hewani atau nabati. Lemak hewani yang biasa digunakan adalah
lemak babi dan lemak sapi, sedangkan lemak nabati yang sering digunakan adalah
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak biji kapas.
Karena minyak nabati umumnya dalam bentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih
dahulu menjadi lemak padat, yang berarti margarin harus bersifat plastis, padat
pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan segera dapat mencair dalam
mulut. Lemak yang akan digunakan dimurnikan terlebih dahulu, kemudian
dihidrogenasi sampai mendapat konsistensi yang diinginkan. Lemak diaduk,
diemulsikan dengan susu skim yang telah dipasteurisasi, dan diinokulasi dengan
bakteri yang sama seperti pada pembuatan mentega dan dibiarkan selama 12-24 jam
sehingga terbentuk emulsi yang sempurna (Winarno, 2004).
Gliserol merupakan salah satu
trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon
mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga
molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida,
dan trigliserida. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau
minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak
manis. Gliserol dapat larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Apabila
gliserol dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan dengan hati-hati, akan
timbul bau yang tajam khas seperti bau lemak yang terbakar disebabkan oleh
terbentuknya akrolein. Oleh karena timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah
diketahui dan reaksi ini telah digunakan untuk mengetahui adanya gliserol dalam
suatu senyawa. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai
bahan dalam pembuatan preparat yang dihasilkan. Disamping itu gliserol berguna
bagi kita untuk sintesis lemak dalam tubuh (Poedjiadi, 1994).
Lilin adalah ester asam lemak dengan
monohidroksi alkohol yang mempunyai rantai karbon panjang, antara 14 sampai 34
atom karbon. Lilin diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan paus
atau lumba-lumba. Lilin lebah dikeluarkan oleh lebah madu untuk membuat sarang
tempat menyimpan madu. Lilin yang terdapat pada kepala ikan paun dan
lumba-lumba disebut spermaseti. Lilin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut-pelarut lemak. Oleh karena itu lilin yang terdapat pada tumbuhan
berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap air. Lilin tidak mudah
terhidrolisis seperti lemak dan tidak dapat diuraikan oleh enzim yang
menguraikan lemak. Lilin tidak berfungsi sebagai bahan makanan (Poedjiadi,
1994).
BAB
III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan
pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, korek api,
gegep, lampu spritus, sikat tabung, water bath, dan penangas air.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan
pada percobaan ini adalah lilin (waxes), margarine, minyak kelapa, minyak
wijen, gliserol 10%, air, HCl pekat, α- Naftol 0,1 %, KHSO4, NaOCl
2%, H2SO4, dan kertas label.
3.3 Cara Kerja
a.
Tes Acrolein
Ke dalam tabung reaksi
dimasukkan 1 ml masing-masing larutan contoh: minyak kelapa, minyak wijen,
minyak sawit, minyak VCO dan gliserol, kemudian ditambahkan + 0,5 gram
KHSO4 ke dalam larutan
contoh, kemudian dipanaskan dengan api kecil. Timbulnya bau karakteristik
menandakan adanya gliserol.
b.
Tes Kolorimeteri
Pada tabung reaksi
dimasukkan 1 ml masing-masing larutan contoh: minyak kelapa, minyak wijen,
minyak sawit, minyak VCO dan gliserol, kemudian ditambahkan 1 mL NaOCL 2 %. Setelah
2 – 3 menit, ditambahkan lagi beberapa tetes HCL pekat, dan dididihkan selama 1
menit untuk membuang kelebihan asam, kemudian ditambahkan 0,2 ml α- Naftol, kemudian beberapa tetes H2SO4
pekat, selanjutnya dikocok dengan hati-hati,hingga terbentuknya
larutan hijau zamrud yang menandakan adanya gliserol.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Hasil
Pengamatan Tes Acrolein
No
|
Contoh
|
0,5
gram KHSO4
|
Panaskan
(Bau)
|
1
|
Minyak kelapa kopral
|
Kuning keputihan
|
+++
|
2
|
Minyak Wijen
|
kuning
|
+
|
3
|
Minyak sawit
|
Kuning muda
|
++
|
4
|
Minyak VCO
|
Putih keruh
|
+
|
5
|
Gliserol
|
Bening
|
++++
|
Keterangan:
+ :
kurang bau
++ :
cukup bau
+++ :
bau
++++ :
sangat bau
4.1.2 Tabel Hasil
Pengamatan Tes Kolorimetri
No
|
Contoh
|
Warna
yang terbentuk
|
1
|
Minyak kelapa kopral
|
2 fase (Kuning dan hijau zamrud)
|
2
|
Minyak Wijen
|
2 fase (Hitam dan Coklat)
|
3
|
Minyak sawit
|
2 fase (Kuning dan Hijau zamrud)
|
4
|
Minyak VCO
|
2 fase (Kuning dan Hijau zamrud)
|
5
|
Gliserol
|
1 fase (hijau zamrud)
|
6
|
Air
|
1 fase (Hijau zamrud)
|
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Acrolein
Tes acrolein dilakukan
pada empat sampel yaitu minyak kelapa, gliserol, minyak wijen, dan lilin. Tes
ini dilakukan dengan cara menambahkan 0,5 gram KHSO4 yang berfungsi
sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol
tersebut berdasarkan hasil pengamatan diperoleh yaitu minyak kelapa dan
gliserol menimbulkan bau yang sangat khas. Hal ini terjadi karena pada minyak
kelapa, minyak wijen, minyak sawit, minyak VCO dan gliserol apabila
dihidrolisis akan menghasilkan gugus propanal yang menimbulkan bau khas. Pada
penambahan KHSO4 larutan
tidak ikut bereaksi karena tidak larut dalam larutan. KHSO4 hanya berfungsi sebagai katalisator. Dengan
adanya bau khas, membuktikan bahwa dalam larutan contoh minyak kelapa,
gliserol, dan minyak wijen terkandung gliserol.
4.3.2
Tes Kolorimetri
Hasil
pengamatan pada tes kolorimetri terlihat
minyak kelapa kopral, minyak VCO, minyak sawit, gliserol dan air terbentuk
larutan warna hijau zamrud sedangkan minyak wijen berwarna coklat. Terbentuknya
warna hijau menandakan bahwa di dalam larutan tersebut mengandung gliserol
sedangkan jika tidak terbentuk berarti tidak mengandung gliserol. Pada
percobaan ini menunjukkan air berwarna hijau zamrud yang seharusnya tidak
berwarna hijau, karena di dalam air tidak terdapat gliserol. Hal ini dapat
terjadi karena kesalahan pada saat penambahan larutan atau pipet tetes yang
digunakan kurang besih sehingga terdapat larutan lain di dalam air. Pada minyak
wijen terbentuk warna coklat menandakan bahwa di dalam minyak wijen tetapi
menurut teori seharusnya minyak wijen dapat membentuk warna hijau zamrud, hal
ini dapat terjadi karena kesalahan pada saat penambahan larutan ke dalam minyak
atau pipet yan digunakan kurang bersih.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sampel
yang mengandung gliserol berdasarkan tes acrolein adalah minyak kelapa, minyak
wijen, minyak sawit, minyak VCO dan gliserol ditandai dengan adanya bau tengik.
2. Sampel
yang mengandung gliserol berdasarkan tes kolorimetri adalah minyak kelapa,
minyak sawit, minyak VCO dan gliserol ditandai dengan adanya warna hijau
zamrud.
V.2. Saran
Sebaiknya
alat-alat di laboratorium yang rusak segera diperbaiki.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden,
Ralph J., dan Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar
Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Lehninger,
A., 1990, Dasar-Dasar Biokimia, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Ngili, Y., 2010, Biokimia Dasar, Penerbit Rekayasa Sains,
Bandung.
Poedjiadi,
1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Winarno, F. G.,
2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Comments
Post a Comment