METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI




LAPORAN  PRAKTIKUM
 EKOLOGI UMUM



PERCOBAAN VI


METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI



NAMA                                   : DARTINY MENTARI PANGGUA
NIM                                        : H41111330
KELOMPOK                        : 3 (TIGA)
HARI / TGL PERCOBAAN : MINGGU / 14 APRIL 2012
ASISTEN                               :  TENRI SA’NA WAHID
    HARMIN ADIJAYA PUTRI



LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012







BAB I

PENDAHULUAN




I.1 Latar Belakang
Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada, dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut. Komunitas secara dramatis berbeda beda dalam kekayaan spesiesnya (species richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa komunutas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan (Campbell, 2004).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi lebih stabil dibandingkan dengan komunitas yang memiliki keanekaaragaman jenis rendah.
Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisi vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu minimal area, metode kuadrat dan metode jalur atau transek. Dalam analisa vegetasi tumbuhan dikenal metode transek, metode plot dan metode loop. Untuk itulah percobaan ini dilakukan.

I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominasi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dengan menggunakan metode plot acak berganda, line transek, belt transek dan loop.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling oragnisme dan rumus-rumus sederhana di dalam analisis vegetasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilakukan pada hari Minggu,  15 April  2012, pukul 09.00 – 14.00 WITA di  Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengamatan dilakukan di belakang Gedung Sains Building.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi (Wikipedia, 2012).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (riyantilathyris, 2011).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Riyantilathyris, 2011).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Riyantilathyris, 2011).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Riyantilathyris, 2011).
Macam-macam vegetasi dan ciri-cirinya sebagai berikut (Anshori, 2009) :
1)      Tundra, memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak (Lichenes) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan Kanada.
2)      Taiga, memiliki ciri-ciri vegetasi hutan hujan jarum (konifer) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Alaska, Kanada dan Siberia.
3)      Hutan meranggas (4 musim), memiliki ciri-ciri vegetasi hutan yang hijau pada musim panas dan menggugurkan daunnya pada musim dingin. Terdapat pada daerah iklim sedang, seperti Eropa, sebagian Asia dan Amerika.
4)      Padang rumput, memiliki ciri-ciri vegetasi tanpa pohon, tumbuhan berupa rumput (Graminae). Terdapat pada daerah Hongaria, Amerika Utara, Argentina dan Rusia Selatan.
5)      Vegetasi gurun, memiliki ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat sedikit yang tumbuh adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan berbuah dalam waktu pendek (efermer). Terdapat pada daerah gurun Gobi (RRC), gurun Sahara (Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan)
6)      Sabana, memiliki ciri-ciri vegetasi padang rumput dan pepohonan. Terdapat pada daerah Asia, Australia dan Indonesia.
7)      Hutan hujan tropis, memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau sepanjang tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan yang menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). Terdapat pada daerah Asia, Afrika, Indonesia, dan Amerika Selatan.
8)      Hutan bakau, memiliki ciri-ciri vegetasi yang memiliki akar nafas karena tanah dan airnya miskin oksigen, contohnya Pohon Bakau (Rhizipora), kayu api (Avicinea) dan Sonneratia/jenis tumbuhan tahan kering (xerofit). Terdapat di daerah tropik dan subtropik pada zona pasang surut di tempat landai pada pantai.
9)      Hutan lumut, memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan lumut dan terdapat di daerah pegunungan.
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah  (Dedy, 2010) :
  1. Ukuran petak.
  2. Bentuk petak.
  3. Jumlah petak.
  4. Cara meletakkan petak di lapangan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
1.      Belukar (Shrub)     : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2.      Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3.      Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.      Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5.      Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6.      Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.      Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu (Andre, 2009) :
a)      Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m.
b)      Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c)      Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan kordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Simanung, 2009).
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010) ;
a)      Kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat, kadang - kadang terdapat, sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biomassa populasi persatuan areal atau volume,misalnya 200 pohon per Ha.
b)      Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang, cahaya dan lainnya), sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran :
a)   Banyaknya Individu (abudance) dan kerapatan (density)
b)   Persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar (LBD) / Basal area (BA)
c)   Volume
d)   Biomassa
e)    Indek nilai penting (importance value-IV)
Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalah LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat, yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh).
c)      Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar ke seluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.


d)     Indek Nilai Penting(importance value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977). Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relatif dan frekuensi relatif, sehingga jumlah maksimalnya 300%. Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,ataupun dapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor.
Metode  plot  adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe  organisme.  Plot biasanya berbentuk segiempat atau persegi (kwadrat) ataupun lingkaran.  Metode  ini digunakan untuk sampling tumbuh- tumbuhan, hewan-hewan  sessil  (menetap) atau bergerak  lambat seperti hewan-hewan yang meliang (Rani, 2011).
Ada dua penerapan metode kwadrat, yaitu metode kwadrat tunggal dan kwadrat ganda.  Pada kwadrat tunggal yang dipelajari hanya satu petak sampling dalam suatu areal hutan.  Ukuran minimum kwadrat ditetapkan dengan menggunakan kurva spesies-area.  Biasanya ukuran minimum ini ditetapkan dengan dasar penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies  lebih dari 5 % atau 10 %.  Sedangkan pada metode kwadrat ganda, pengambilan contoh dilakukan pada banyak kwadrat contoh yang letaknya tersebar merata dan sebaiknya sistematik.  Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penentuan  lokasi dapat dilakukan secara acak atau sistematis ataupun dengan menggunakan kisi-kisi yang bertujuan untuk meminimumkan bias.  Selanjutnya pada setiap kwadrat  dilakukan identifikasi terhadap semua spesies dan menghitung jumlah individunya (Rani, 2011).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Metode transek ini terdapat 3 macam metode yaitu (Syafei, 1990) :
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segmen dipelajari vegetasinya.
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.























BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat
            Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini ialah meteran, plot berukuran 27,5 cm x 21 cm , patok, loop aqua gelas dan alat tulis menulis.

III. 2 Bahan
            Bahan- bahan  yang digunakan dalam percobaan ini adalah areal yang akan diamati (areal komunitas) dan tali raffia.

III. 3 Cara Kerja
a.      Metode Plot Acak Berganda
Cara kerjanya ialah
1.      Dipilih suatu areal yang akan diamati,
2.      Dibuat petak sampel dalam areal tersebut dengan ukuran panjang 50 m dan lebar 50 m.  Kemudian plot dileparkan ke dalam areal tersebut.
3.      Lalu dihitung jumlah vegetasi rumput dan semak yang ada di dalam areal plot.
4.      Dilakukan sebanyak 3 kali sampling di daerah yang berbeda dalam areal tersebut.


b.      Metode Line Transek
Cara kerjanya ialah  :
1.      Ditentukan areal yang akan diamati
2.      Dibentangkan 2 tali rafia yang sejajar sepanjang 50 m dan jarak antara tali yang satu dengan yang lain adalah 1 cm, masing-masing ujung tali raffia diikatkan pada sebuah patok.
3.      Dihitung vegetasi rumput yang ada di antara kedua tali tersebut.
4.       Masukkan data ke dalam tabel dan menganalisis data tersebut.
5.       Ulangi prosedur kerja untuk daerah sampling lain.
c.       Metode Belt Transek
Cara kerjanya ialah :
1.        Ditentukan areal yang akan diamati
2.        Dibentangkan sepasang tali sepanjang 35 m dan lebar 5 m.
3.        Dibuat petak sebanyak 7  di antara 2 tali tersebut. Jarak antara petak dengan petak lain adalah 5 m dengan menggunakan patok sebagai penandanya.
4.       Dihitung tanaman pohon yang ada pada kolom ganjil.
5.      Kemudian dihitung diameter dari masing-masing pohon yang ada di petak ganjil, setinggi dada orang dewasa.
6.      Dicatat diameter pohon tersebut kemudian analisis
d.      Metode Loop
1.      Dipilih suatu areal untuk dihitung vegetasinya.
2.      Kemudian dibentangkan sepasang tali sepanjang 33.3 m dan jarak antara tali yang satu dengan yang lain adalah 10 m.
3.      Kemudian digunakan loop aqua gelas untuk menghitung vegetasi rumput. Jarak antara loop yang satu dengan loop yang lain adalah 33,3 cm.
4.      Dicatat dan dianalisis data tersebut.















DAFTAR PUSTAKA

Andre.  2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. Http://Boymarpaung.wordpress.com. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 19.00 WITA.

Anshori, Moch. 2009. Biologi. Penerbit Acarya Media Utama. Jakarta.
Campbell, N.A. 2004. Biologi  Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Dedy. 2010.  Analisa Vegetasi.  Http://Dydear.Multiply.com. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 20.00 WITA.

Gapala. 2010. Vegetasi Tumbuhan. Http://Gapala.wordpress.com. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 19.00 WITA.

Rani, Chair. 2011. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme  Bentik. Http://Respository.unhas.ac.id. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 21.00 WITA.

Riyantilathyris. 2011.  Laporan Analisis Vegetasi. Http://Riyantilathyris.wordpress.com. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 20.30 WITA.
Simanung. 2009. Analisis Vegetasi. Http://bpkaeknauli.org. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 22.00 WITA.
Syafei,  Eden Surasana. 1990.  Pengantar Ekologi Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung
Wikipedia.  2012. Vegetasi. Http://Wikipedia.com. Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012, pukul 19.00 WITA.




Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN VERTEBRATA