INDEKS PERBANDINGAN SEKUENSIAL KEANEKARAGAMAN BENTOS DI EKOSISTEM PERAIRAN
LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
V
INDEKS
PERBANDINGAN SEKUENSIAL
KEANEKARAGAMAN
BENTOS DI EKOSISTEM PERAIRAN
NAMA
: DARTINY MENTARI PANGGUA
NIM
: H41111330
KELOMPOK
: 3 (TIGA)
HARI/TGL PERCOBAAN
: KAMIS / 29 MARET 2012
ASISTEN : TENRI SA’NA WAHID
HARMIN
ADIJAYA PUTRI
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Danau di Indonesia umumnya
mempunyai sifat multiguna, mulai dari
keperluan rumah tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi
pengairan, dan sebagainya. Kebanyakan
danau di Indonesia telah mengalami penurunan
fungsi akibat berbagai aktivitas manusia ini masih merupakan sumberdaya
perairan yang kaya akan organisme air
(Widaningroem, 2010).
Kehidupan di air
dijumpai tidak hanya pada badan air tapi
juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas karena ketersediaan
nutrient yang terbatas. Oleh karena itu,
hewan yang hidup di air dalam hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrient terbatas,
sekaligus bersifat bartoleran (Isnaeni,
2002).
Makrozoobentos merupakan salah satu
kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai
organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang
terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran.
Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air.
Sebagaimana kehidupan
biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh
sifat fisika, kimia, dan biologi perairan. Untuk itulah percobaan
ini dilakukan.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui keragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan Indeks
Perbandingan Sekuensial
2. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
dengan keragaman bentos dalam perairan.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2012 pada pukul 14.00 - 17. 00 yang
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanudin, Makassar dan pengambilan
sampel dilakukan pada pukul 05.30 - 08.00 di danau Universitas Hasanuddin di
dekat Gedung Wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau
interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Setiap makhluk
hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu
lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga
akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada suatu
lingkungan akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup
berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut.
Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh
lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan
membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya
akan terjadi interaksi yang dinamis (Anshori dan Martono, 2009).
Danau merupakan perairan dalam dengan tepi yang umumnya
curam. Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas
hanya pada daerah pinggir. Danau merupakan suatu bentuk ekositem Aquatic yang
mempunyai peran penting dalam memenuhi kebutuhan pendiduk sekitar seperti area
tempat penangkapan ikan, tempat mencuci dan berbagai kebutuhan lainnya. Kondisi
suatu danau sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh
lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, danau mempunyai
berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu
jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem danau akan
terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan
mendukung stabilitas ekosisten tersebut (Nurdin, 2012).
Perifiton merupakan
suatu organisme yang melekat pada suatu substrat tertentu di ekosistem
perairan. Perifiton tersebut merupakan produsen utama, karena melimpahnya
Perifiton yang terdapat di permukaan pantai berlumpur pada saat pasang surut,
maka keberadaan Perifiton tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi
keberadaan organisme konsumen yang terdapat di ekosistem pantai berlumpur pada
saat pasang turun (Hoer, 2010).
Perifiton adalah
komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan,
kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan
kadangkala pada hewan air (Hoer, 2010).
Perkembangan perifiton
dapat dianggap sebagai proses akumulasi, yaitu proses peningkatan biomassa
dengan bertambahnya waktu.
Akumulasi merupakan hasil
kolonisasi dan komposisi perifiton. Hal
ini terkait erat dengan kemampuan
perifiton dan alat penempelnya.
Keberadaan substrat sangat
menentukan perkembangan perifiton menuju kemantapan komunitasnya. Kemampuan perifiton menempel pada substrat
menentukan eksistensinya terhadap pencucian oleh arus atau gelombang yang dapat
memusnahkannya (Hoer, 2010).
Bentos adalah organisme yang hidup di
dasar laut atau sungai baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain
kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain.
Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan
faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus
terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. bentos juga
dapat digunakan sebagai indikator biologis dalam mempelajari ekosistem danau
(Nurdin, 2012).
Diantara hewan bentos yang relatif mudah di identifikasi dan
peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk
dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan
makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen
tingkat tinggi. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor
biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu
sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air
yang diantaranya (Nurdin, 2012) :
a. Suhu sebagai
stabilisator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang
terjadi lebih lambat dibandingkan di udara,
b. Arus dapat
mempengaruhi distribusi gas terlarut; garam dan makanan serta organisme dalam
air,
c. Oksigen
terlarut (DO) berpengaruh terhadap fotosintesis organisme, kebutuhan oksigen
biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air dan kimia (COD), serta
kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar.
Zoobentos membantu mempercepat proses
dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan
detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati
dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi
produsen perairan. Berbagai jenis zoobentos ada yang berperan sebagai konsumen
primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang
menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, zoobentos merupakan makanan
alami bagi ikan - ikan pemakan di dasar ("bottom feeder") (Nurdin,
2012).
Berdasarkan kandungan oksigen terlarut
(DO), Kualitas perairan atas empat yaitu : tidak tercemar (> 6,5 mg/l), tercemar
ringan (4,5 – 6,5 mg/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mg/l) dan tercemar berat
(< 2,0 mg/l) (Nurdin, 2011).
Kesuburan suatu perairan antara lain dapat dilihat
dari keberadaan organisme planktonnya, karena plankton dalam suatu perairan
dapat menggambarkan tingkat produktivitas perairan tersebut. Dalam system
trofik ekosistem perairan, termasuk ekosistem rawa gambut, organisme plankton
sangat berperan sebagai produsen dan berada pada tingkat dasar, yaitu
menentukan keberadaan organisme pada jenjang berikutnya berupa berbagai jenis
ikan-ikan. Oleh karena itu, keberadaan plankton di suatu perairan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikanikan di perairan tersebut, terutama
bagi ikan-ikan pemakan plankton atau ikan-ikan yang berada pada taraf perkembangan
awal (Sagala, 2009).
Klasifikasi benthos menurut ukurannya
(Biomaniac, 2011) :
a.
Makrobenthos merupakan benthos yang
memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod,
anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, dan crustacea.
b.
Meiobenthos merupakan benthos yang
memiliki ukuran antara 0.1 – 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda,
ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera.
c.
Mikrobenthos merupakan benthos yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata,
amoeba, dan flagellate.
Berdasarkan
morfologi dan cara makannya, benthos dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
(Biomaniac, 2011) :
1.
Benthos pemakan deposit yang selektif (selective
deposit feeders) dengan bentuk morfologi mulut yang sempit,
2.
Benthos pemakan deposit yang tidak
selektif (non-selective deposit feeders) dengan bentuk morfologi mulut
yang lebar,
3.
Benthos pemakan alga (herbivorous
feeders); dan (4) benthos omnivora/predator.
Makrobentos memiliki
peranan ekologis dan struktur spesifik dihubungkan dengan makrofita air yang
merupakan materi autochthon. Karakteristik dari masing-masing bagian makrofita
akuatik ini bervariasi, sehingga membentuk substratum dinamis yang komplek yang
membantu pembentukan interaksi-interaksi makroinvertebrata terhadap kepadatan
dan keragamannya sebagai sumber energi rantai makanan pada perairan akuatik
(Rakhmanda, 2012).
Sebagaimana kehidupan
biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh
sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti
kedalaman, kecepatan arus, warna, kecerahan dan suhu air. Sifat kimia perairan
antara lain, kandungan gas terlarut, bahan organik, pH, kandungan hara dan
faktor biologi yang berpengaruh adalah komposisi jenis hewan dalam perairan
diantaranya adalah produsen yang merupakan sumber makanan bagi hewan bentos dan
hewan predator yang akan mempengaruhi kelimpahan bentos (Setyobudiandi, 1997).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat
Alat - alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Eickman Grab, ayakan (mess), botol sampel
dan baskom.
III. 2 Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini ialah air dan bentos.
III. 3 Cara Kerja
Cara Kerja di Lapangan
a.
Cara Pengambilan Sampel dengan
Mennggunakan Ayakan (Mess)
Cara kerja dari percobaan ini ialah
:
1. Diambil sampel dengan cara mengeruk
dasar perairan menggunakan ayakan.
2. Dipisahkan antara organisme, sampah
dan lumpur dengan menyiramnya dengan air, kemudian di masukkan ke dalam baskom.
3. Diseleksi hewan bentos yang didapat
kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi air.
4. Diambil sampel sebanyak tiga kali
pengulangan di tempat yang berbeda.
b.
Cara Pengambilan Sampel dengan
Menggunakan Eickman Grab
1. Dibuka kedua belahan pengeruk
Eickman Grab hingga menganga dan dikaitkan kawat penahannya pada tempat kaitan
yang terdapat pada bagian atas alat tersebut.
2. Dimasukkan pengeruk secara vertikal
dan perlahan-lahan ke dalam air hingga menyentuh dasar perairan.
3. Dijatuhkan logam pembeban sepanjang
tali pemegangnya sehingga kedua belahan Eickman Grab akan menutup, dan lumpur
serta hewan yang terdapat di dasar perairan akan terhimpun ke dalam kerukan.
4. Ditarik perlahan-lahan Eickman ke
atas dan isinya ditumpahkan ke dalam baskom yang sudah disediakan.
5. Sample kemudian diayak sambil
disiram air sehingga lumpur keluar dan sampah-sampah dibuang. Menyeleksi hewan
dengan cermat, kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi air.
6. Dilakukan pengambilan sampel
sebanyak tiga kali tetapi di tempat yang berbeda.
Cara Kerja di Laboratorium
Cara kerjanya ialah :
a. Diambil sampel yang ada di dalam
botol sampel, menumpahkan ke dalam
baskom dan diambil secara acak dengan menutup mata. Sampel yang diambil adalah
sampel yang masih hidup.
b. Sampel yang diurutkan dibandingkan
mulai antara nomor 1 dengan nomor 2, nomor 2 dengan nomor 3 dan seterusnya,
kemudian dilihat apakah sejenis atau tidak.
c. Jenis yang dianggap sama diberi kode
yang sama dan ini berarti tergolong se”Run”. Hal ini dilakukan tidak peduli
jenis apapun, asal serangkaian sampel tadi dianggap sama.
d. Dilakukan pengamatan sampai semua
sampel habis, catat semua data dalam laporan, kemudian dilakukan perhitungan
indeks keanekaragaman bentos tadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshori, Moch
dan Martono, Djoko. 2009. Biologi. Penerbit
Acarya Media Utama. Jakarta.
Biomaniac. 2011.
Indeks Perbandingan Sekuensial Hewan
Bentos di Ekosistem Perairan. Http://SahabatBiology.com. Diakses pada
hari Kamis, tanggal 29 Maret 2012, pukul 20:00.
Campbell, Neil A. dkk. 2000. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hoer, Najibul.
2010. Keanekaragaman Perifiton pada Substrat Pantai Berlumpur Muara
Lawean Ujung Pangkah Gresik. Http://UniversitasNegeriMalang.ac.id.
Diakses pada hari Kamis, tanggal 29 Maret 2012 pukul 21:00.
Isnaeni,
W. 2002. Fisiologi Hewan. Penerbit
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Nurdin. 2011. Diversitas Bentos di Danau Atas Kabupaten Solok Sumatera Barat.
Http://Cifit_Gusti.com . Diakses pada hari Jumat, tanggal 30 Maret 2012,
pukul 10:00.
Rakhmanda,
Andhika. 2011. Estimasi Gastropoda di Sungai
Tambak Bayan Yogyakarta. Http://UGM.ac.id. Diakses pada
hari Kamis, tanggal 29 Maret 2012, pukul 22:00.
Sagala, Effendi
Parlindungan. 2009. Potensi Komunitas Plankton dalam Mendukung Kehidupan
Komunitas Nekton di Perairan Rawa Gambut, Lebak Jungkal di Kecamatan Pampangan,
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Propinsi Sumatera Selatan. Http://Www.UniversitasSriwijaya.ac.id. Diakses pada hari
Kamis, tanggal 30 Maret 2012, pukul 20:00.
Setyobudiandi,
I. 1997. Makrozoobentos. Penerbit
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widaningroem,
Retno. 2010. Pengertian, Konsep dan Jenis Sumberdaya Perikanan. Penerbit
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.
1 HASIL
TABEL
PENGAMATAN
A. Pengamatan dengan Menggunakan
Ayakan (Mess)
Urutan Specimen
|
A B C
BBBB C BB A C D B E C
E BB EE A E C AA D E
AA B E A EE
N
specimen = 5
N run = 26
N taksa = 35
|
B. Pengamatan dengan menggunakan
Eickman Grab
Urutan
Specimen
A
B C BB C B A
N
specimen = 3
N
run = 7
N
taksa = 8
|
Keterangan :
N specimen = Jumlah total individu
N run =
Jumlah urutan yang sama
N taksa = Jumlah individu yang dianggap
tidak sama
Derajat Pencemaran
>
2 = Belum tercemar
1,6
– 2 = Tercemar ringan
1
- 1,5 = Tercermar sedang
< 1 = Sangat tercemar / tercemar berat
IV.
2 Analisa Data
a. Nilai Indeks Perbandingan
sekuensial (IPS) untuk Ayakan (Mess)
IPS =
=
= 3,71
Derajat Pencemaran = > 2
Belum tercemar
b. Nilai Indeks Perbandingan Sekuensial
(IPS) untuk Eickman Grab
IPS =
=
=
= 2,6
Derajat Pencemaran = >
2 Belum tercemar
IV. 3 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan dua alat
yaitu ayakan dan Eickman Grab. Ayakan (mess) digunakan dengan cara mengeruk
lumpur yang ada di dasar di perairan, kemudian dimasukkan ke dalam baskom dan
memilih hewan benthos. Eickman Grab digunakan dengan cara mengangakan dan
mengaitkan kawan penahannya pada tempat kaitan, kemudian memasukkan pengeruk ke
dalam air secara perlahan-lahan dan
menjatuhkan beban. Kemudian memasukkan isinya ke dalam baskom, lalu menyeleksi
hewan benthos. Indeks Perbandingan Sekuensial (IPS) dari ayakan (mess) adalah
3, 71 dan menurut derajat pencemaran jika > 2 belum tercemar.
Indeks Perbandingan Sekuensial (IPS)
dengan menggunakan Eickman Grab adalah 2,6 dan menurut derajat pencemaran jika
> 2 belum tercemar. Artinya perairan tempat mengambil sampel tersebut belum
tercemar.
Faktor yang menyebabkan perairan
tersebut dikatakan belum tercemar adalah adanya hewan benthos seperti cacing
air dan siput.
Percobaan ini menggunakan Indeks
Perbandingan Sekuensial (IPS), IPS mudah digunakan tetapi membutuhkan banyak
sampel untuk membuktikan derjat pencemaran dari suatu perairan. Pada percobaan
ini hanya menggunakan sedikit sampel sehingga kemungkinan terjadi kesalahan
pada derajat pencemaran karena ketika pengambilan sampel dengan menggunakan
Eickman Grab terdapat sampah plastik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
1. Indeks
Perbandingan Sekuensial dengan menggunakan ayakan (mess) adalah 3.71 dan Indeks
Perbandingan Sekuensial dengan menggunakan Eickman Grab adalah 2,6.
2. Peralatan
yang berhubungan dengan keragaman bentos dalam perairan adalah ayakan (mess)
dan Eickman Grab.
V. 2 Saran
Sebaiknya peralatan dalam
laboratorium di lengkapi agar dalam pelaksanaan percobaan bisa berjalan lancar.
Comments
Post a Comment