TOKSIKOLOGI OBAT PELANGSING
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme
hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di lingkungan
sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja bidang tertentu. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik (Sampoerna, 2012).
sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja bidang tertentu. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik (Sampoerna, 2012).
Respon terhadap bahan toksik
tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan,
kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan toksisitas
suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan
serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya. Salah satu contoh pengaruh
zat toksik yang berbahaya untuk tubuh organisme adalah zat kimia yang
terkandung pada obat pelangsing yang banyak beredar di pasaran (Florencia,
2013).
Penampilan di zaman sekarang
menjadi sangat penting baik itu dalam hal bentuk tubuh maupun fashion, sekarang
ini memiliki bentuk tubuh langsing dan ideal menjadi impian semua orang tak
hanya wanita kini pria pun semakin peduli akan tubuh ideal, tak jarang untuk
memiliki tubuh langsing banyak dari mereka mengkonsumsi obat pelangsing berbahaya
karena tergiur akan hasil yang diiklankan di TV ataupun tempat lainnya (Florencia,
2013).
Tak jarang kita salah
mengkonsumsi obat pelangsing, dalam kandungan obat tersebut memang mempunyai
efek samping mengurangi berat badan padahal obat tersebut bukanlah obat
pelangsing. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuatlah makalah ini untuk membahas
zat-zat yang terkandung dalam obat pelangsing dan berbahaya untuk tubuh.
II.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini,
yaitu :
1.
Untuk mengetahui jenis-jenis obat pelangsing.
2.
Untuk mengetahui zat-zat berbahaya yang terkandung
dalam obat pelangsing.
3.
Untuk mengetahui paparan zat-zat yang bersifat toksik
obat pelangsing.
4.
Untuk mengetahui absorbsi zat toksik dalam tubuh.
5.
Untuk mengetahui distribusi dan eksresi zat toksik.
6.
Untuk mengetahui respon tubuh terhadap obat pelangsing.
BAB II
PEMBAHASAN
Tubuh langsing merupakan idaman
sebagian besar wanita. Berbagai cara pun dilakukan untuk mendapatkannya. Mulai
dari rajin berolahraga, menjaga pola makan, sampai yang ekstrim yakni melakukan
operasi atau sedot lemak. Satu cara yang juga sering dilakukan oleh para wanita
untuk memperoleh tubuh langsing adalah dengan meminum obat pelangsing. Kini di
pasaran telah banyak beredar obat pelangsing. Jenisnya pun bervariasi mulai
dari pil, tablet, kapsul, cairan, serbuk, hingga minuman. Obat pelangsing yang
mengklaim diri sebagai obat herbal juga telah banyak beredar. Harganya pun
bervariasi, dengan kecepatan pelangsingan yang bermacam-macam pula (Anita,
2012).
A. Jenis-jenis Obat Pelangsing
Obat pelangsing terbagi dua
(Hartadi, 2013), yaitu :
a.
Obat Pelangsing Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obat
pelangsing yang komposisinya berasal dari berbagai tanaman yang berkhasiat
menurunkan berat badan. Garcina cambogia atau Malabar tamarind. Misalnya
menekan rasa lapar dan meningkatkan rasa kenyang. Daun jati Belanda diketahui
bisa mencegah penyerapan lemak. Teh pelangsing juga bisa dipercaya dapat
mengurangi berat badan. Teh ini berisi campuran daun teh dan bahan tradisional
serta akar-akar sebagai pewangi.
Teh pelangsing umumnya bersifat
diuretik (melancarkan air seni). Bulk Filler atau pengganjal perut
biasanya berupa tablet atau larutan yang berasal dari serat alami
tumbuh-tumbuhan dan buah. Bulk filler
di dalam perut akan mengembang dan bila dikonsumsi akan terasa mengenyangkan.
Gambar 1. Obat
Pelangsing Tradisional berupa Teh (Saputri, 2011).
b.
Obat Modern
Gambar 2. Obat
Pelangsing dalam Bentuk Kapsul (Saputri, 2011)
Tetapi kebanyakan obat pelangsing memiliki cara kerja mempengaruhi pusat
otak. Serotonin adalah zat kimia dalam otak yang mempengaruhi emosi dan selera
makan. Bila serotonin menigkat, keinginan untuk makan berlebihan yang didorong
oleh stress emosional bisa ditekan. Beberapa obat bekerja meningkatkan produksi
serotonin dalam otak, sehingga terasa menjadi cepat kenyang. Anorexan adalah
salah satunya dan banyak dijual di pasaran. Yang termasuk di dalamnya adalah
amphetamine, dektroamphetamine, metamphetamine, detilpropion, mazindol, dan
benzfetamine.
Obat lainnya adalah obat yang
langsung berpengaruh ke saluran pencernaan. Obat ini menghambat kerja enzyme
lipase yang menyerap lemak dalam tubuh seperti obat orlistat. Sibutramin
hidroklorida yang bekerja memperbanyak serotonin dan orlistat yang bekerja
mem-blok lemak.
B. Zat-Zat Berbahaya dalam Obat Pelangsing
Berbagai produk yang
ditawarkan untuk membantu menurunkan berat badan
dan mendapatkan bentuk tubuh ideal memang bukan barang baru lagi. Meski dalam
praktiknya banyak merek dagang baru bermunculan, tetapi tujuan utamanya tetap
sama, yaitu untuk melangsingkan tubuh. Produk seperti ini menjadi pilihan
favorit dari orang-orang yang merasa terganggu dengan berat badan dan bentuk
tubuhnya yang tidak ideal. Selain tak perlu repot karena cukup meminumnya
secara rutin, produk pelangsing tersebut juga menjanjikan hasil maksimal dalam
waktu super cepat. Tak heran, semakin banyak orang yang tertarik untuk mencoba
peluang emas memiliki tubuh idaman ini. Namun kita tetap harus berhati-hati
karena tak jarang dari produk-produk tersebut yang menggunakan zat-zat
berbahaya yang sebenarnya berbahaya bagi tubuh (Farhan, 2013).
Beberapa jenis zat
berbahaya bagi tubuh yang biasanya terdapat pada obat pelangsing (Chandra,
2013), yaitu :
a.
Sibutramin
Gambar 3.
Sibutramine (Chandra, 2013)
Sibutramine
merupakan obat yang diindikasikan sebagai pengobatan adjuvan (tambahan) dalam
membantu penurunan kelebihan berat badan di samping olahraga dan
pengaturan diet. Tercatat ada enam merek obat yang mengandung Sibutramine yang ditarik Badan
POM. Produk yang ditarik adalah Reductil Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg
yang didaftarkan oleh PT Abbott Indonesia, Maxislim Kapsul 10 mg dan Kapsul 15
mg (PT Sandoz lndonesia), Redufast Kapsul 10 mg (PT Sunthi Sepuri, lndonesia),
Slimact Reductil Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Dexa Medica, Indonesia),
Redusco Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Pharmasi Binangkit, Indonesia) dan
Decaslim Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Ilarsen, Indonesia).
Sibutramine,
biasanya dalam bentuk garam hidroklorida monohidrat, adalah obat yang dipakai
sebagai penghambat nafsu makan. Hingga 2010, obat ini dimanfaatkan untuk
obesitas yang disebabkan oleh faktor luar, dengan dikombinasikan bersama diet
dan olahraga. Namun obat ini juga dihubungkan dengan meningkatnya kejadian
kardiovaskular (jantung) dan stroke, sehingga ditarik dari peredaran di negara
Australia, Kanada, Cina, Uni Eropa, Hong Kong, India, Meksiko, Selandia Baru,
Thailand, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, telah
dilarang mulai tanggal 14 Oktober 2010 oleh Badan POM.
Sibutramine
bekerja di sistem saraf pusat dengan menghambat ‘re-uptake’ dari noradrenalin,
serotonin dan dopamin, efeknya membuat seseorang tidak merasa lapar sehingga
berat badan bisa turun dengan drastis. Tapi sayangnya obat ini memiliki banyak
efek buruk yang sangat merusak tubuh, salah satunya adalah merusak indung telur
wanita. Sudah banyak para wanita yang tergiur menurunkan berat badan dengan
obat ini dan berakhir dengan menopause dini, indung telurnya rusak, tidak lagi
menghasilkan sel telur dan tidak lagi menghasilkan hormon seks.
Pada kasus yang lebih ringan, indung telur menjadi cacad dan
menghasilkan sel telur yang cacat pula, akibatnya cukup fatal yaitu kerusakan
janin, seringkali hal ini terjadi setelah bertahun-tahun kemudian pada wanita
yang pernah mengkonsumsi obat pelangsing dengan kandungan zat ini.
b. Phenolphthalein
Fenolftalein (phenolphthalein) adalah asam ringan yang bisa
digunakan untuk tujuan medis dan ilmiah. Ketika digunakan dalam kedokteran,
senyawa ini dikenal sebagai bahan dasar bagi obat pencahar. Di dalam laboratorium,
fenolftalein biasanya digunakan untuk menguji keasaman zat lainnya.
Fenolftalein adalah bubuk kristal berwarna putih tapi kadang memiliki semburat
kuning. Bahan kimia ini umumnya tidak berbau atau berasa, namun bisa
menyebabkan batuk atau bersin jika terhirup.
Fenolftalein sering digunakan untuk titrasi. Titrasi adalah
proses kimia antara bahan kimia yang diketahui, yang direaksikan dengan bahan
kimia lain yang tidak diketahui, untuk mengetahui informasi dan sifat-sifatnya.
Fenolftalein umumnya tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam beberapa
jenis alkohol seperti etanol dan eter. Penggunaan lain fenolftalein adalah
sebagai pencahar. Namun terdapat keprihatinan bahwa fenolftalein mungkin
menyebabkan kanker pada manusia. Dugaan ini didasarkan pada penelitian yang
dilakukan pada tikus yang mengembangkan tumor setalah mendapatkan fenolftalein.
Zat ini juga memiliki kegunaan lain yang tidak banyak diketahui. Fenolftalein
bisa digunakan dalam tes yang biasanya juga melibatkan hidrogen peroksida. Fenolftalein
juga lazim digunakan dalam pembuatan beberapa jenis mainan.
Gambar 4.
Fenolftalein
Bisa kita bayangkan bila suatu zat yang digunakan sebagai
bahan titrasi dalam kimia, dan merupakan salah satu bahan dalam pembuatan
mainan, kita konsumsi dalam jangka waktu berkepanjangan.
c.
Fenilpropanolamine
Zat yang terkandung
dalam obat pelangsing berbahaya ini, diyakini sebagai penyebab kelainan pada
katup jantung. Penelitian ini dikuatkan oleh penemuan kasus kelainan katup
jantung langka, yg dilaksanakan oleh Yayasan dan Klinik Mayo Amerika
Serikat, Juli 1997. Setelah itu, ditemukan lagi 66 kasus serupa.
Disamping itu untuk
fenilpropanolamine, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan
POM) telah mengatur pemakaiannya agar tidak berbahaya bagi kesehatan. Kini tuk
obat pilek batuk, kandungan yg diperbolehkan di bawah 15 mg. Hal itu
didasarkan, kandungan atau dosis fenilpropanolamine pada obat pelangsing jauh
lebih tinggi dibandingkan pada obat pilek batuk
d. Obat
Diuritik
Obat diuretik yaitu obat yg sering di gunakan oleh masyarakat
tuk merangsang buang air kecil. Dengan obat diuretik berat badan memang turun
sesuai keinginan, tapi penurunan ini sebenarnya membahayakan karena penurunan
berat badan ini karena akibat berkurangnya cairan tubuh, lama lama akan
membahayakan ginjal dan jantung. Jadi jangan gunakan obat diuretik sebagai obat
pelangsing.
e. Obat
pencahar
Obat pencahar (laksatif) juga sering digunakan, padahal jika
digunakan tidak pada tempatnya akan berbahaya karena akan berefek mulai dari
kekurangan cairan hingga infeksi saluran pencernaan. Hal ini bukan hanya bisa
menyebabkan dehidrasi tetapi juga menyebabkan hilangnya elektrolit dari dalam
tubuh.
f.
Obat antiplasmodik
Obat antiplasmodik dapat membuat
perut kembung dan terasa kenyang. Obat antipasmodik
bekerja dengan membuat perut kembung sehingga menyebabkan orang malas makan.
Hal ini membuat asupan energi tidak memadai sehingga tidak dapat menjalankan
aktivitas dengan baik.
g.
Obat digitalis
Obat ini semula adalah obat jantung,
dan memang memiliki efek samping menurunkan berat badan. Obat ini lah yg
menjadi penyebab penyakit anoreksia. Obat digitalis bukanlah obat pelangsing.
C. Paparan Zat-zat yang Bersifat Toksik
Efek merugikan/bersifat toksik pada
sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami
biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan
toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada
sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga
bila ingin mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek
yang timbul serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya (Hartadi, 2013).
Perbandingan dosis
suatu bahan yang bersifat toksik dan perbedaan jalan masuk dari paparan bahan
tersebut sangat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan dapat diberikan dalam
dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya obat pelangsing pertama
melalui kulit dalam bentuk suntikan, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka
dapat diperkirakan bahwa bahan toksik pada obat pelangsing yang masuk melalui kulit
memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda
maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya dosis yang diberikan
melalui oral lebih tinggi dibandingkan melalui suntikan pada kulit, maka zat
toksik tersebut akan lebih cepat bekerja di dalam tubuh (Sampoerna, 2011).
Pada beberapa bahan kimia,
efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda bila dibandingkan
dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya (Sampoerna, 2011).
D. Absorbsi Zat Toksik dalam Tubuh
Tempat penyerapan utama bagi zat
toksik adalah saluran pencernaan, paru dan kulit. Dalam studi toksikologi
sering juga diberikan melalui jalur khusus yaitu melalui injeksi
intraperitoneal, intramuskuler dan sub kutan. Absorbsi zat toksik dalam tubuh
manusia terjadi pada (Sampoerna, 2011) :
a.
Absorbsi toksikan pada saluran pencernaan
Saluran pencernaan merupakan jalur
penting dalam absorbsi toksikan. Beberapa toksikan di lingkungan masuk melalui
rantai makanan, kecuali zat yang kaustik atau sangat iritan pada saluran
pencernaan. Sebagian besar dari toksikan tidak menimbulkan efek toksik kecuali
kalau zat tersebut mudah diserap. Absorbsi dapat terjadi di seluruh saluran
pencernaan, mulut dan rectum.
Lambung merupakan tempat penyerapan
yang baik untuk asam lemah dengan bentuk non ion yang larut dalam lemak,
sebaliknya basa lemah yang sangat mengion dan tidak larut dalam lemak tidak
akan mudah diserap di lambung, umumnya akan diserap di usus. Akibatnya basa
organik akan lebih banyak diserap di usus daripada di lambung.
b.
Absorbsi toksikan pada paru
Toksikan yang di absorbsi oleh paru
biasanya berupa gas seperti : carbon monoksida, nitrogen dioksida, dan sulfur
dioksida serta aerosol. Tempat penimbunan aerosol ditentukan ukuran
partikelnya.
Partikel ukuran 5 mm atau lebih
besar biasanya ditimbun pada daerah nasopharyngeal. Partikel di daerah ini
dapat dihilangkan saat pembersihan hidung atau saat bersin. Partikel yang larut
akan dilarutkan dalam mucus dan dibawa ke pharynx atau diserap epitel masuk ke
darah.
Partikel dengan ukuran 2 s/d 5 mm
ditimbun pada darah tracheabroncheoli paru, tempat ia akan dibersihkan oleh
pergerakan cilia saluran pernafasan. Laju pergerakan cilia pada mucus
bervariasi menurut bagian saluran pernafasan dan merupakan mekanisme
penghilangan yang cepat dan efisien.
c.
Absorbsi toksikan pada kulit
Umumnya kulit relatif impermeabel,
karenanya merupakan pelindung yang baik untuk mempertahankan fungsi kulit
manusia dari lingkungannya. Meskipun demikian beberapa zat kimia dapat diserap
lewat kulit dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan efek sistemik.
E. Distribusi dan Eksresi Zat Toksik dalam Tubuh
Setelah zat toksik memasuki darah
didistribusi dengan cepat keseluruh tubuh maka laju distribusi diteruskan
menuju ke setiap organ tubuh. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler
dan membran sel dari suatu jaringan ditentukan oleh aliran darah ke organ
tersebut. Bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan :
a.
Hati dan ginjal
Kedua organ ini memiliki kapasitas
yang lebih tinggi dalam mengikat bahan kimia, sehingga bahan kimia lebih banyak
terkonsentrasi pada organ ini jika dibandingkan dengan organ lainnya. Hal ini
berhubungan dengan fungsi kedua organ ini dalam mengeliminasi toksikan dalam
tubuh. Ginjal dan hati mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan zat toksik. Organ
hati cukup tinggi kapasitasnya dalam proses biotransformasi toksikan.
b. Lemak
Jaringan
lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang larut dalam lemak
seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan polybrominated biphenyl.
Zat ini disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut yang sederhana dalam lemak
netral. Lemak netral ini kira-kira 50 % dari berat badan pada orang yang gemuk
dan 20 % dari orang yang kurus. Zat toksik yang daya larutnya tinggi dalam
lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam target organ, sehingga dapat
dianggap sebagai mekanisme perlindungan. Toksisitas zat tersebut pada orang
yang gemuk menjadi lebih rendah jika dibanding dengan orang yang kurus.
c. Tulang
Tulang
dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti Flouride, Pb
dan strontium. Untuk beberapa toksikan tulang merupakan tempat penyimpanan
utama, contohnya 90 % dari Pb tubuh ditemukan pada skeleton. Penyimpanan toksikan
pada tulang dapat atau tidak, mengakibatkan kerusakan.
Ø Ekskresi
toksikan
Zat Toksik dapat dieliminasi dari
tubuh melalui beberapa rute. Ginjal merupakan organ penting untuk mengeluarkan
racun. Beberapa xenobiotik diubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut
dalam air sebelum dikeluarkan dalam tubuh. Rute lain yang menjadi lintasan utama
untuk beberapa senyawa tertentu diantaranya : hati dan sistem empedu, penting
dalam ekskresi seperti DDT dan Pb paru dalam ekskresi gas seperti CO. Toksikan
yang dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada keringat, air mata dan air
susu ibu (ASI) (Sampoerna, 2011).
1.
Ekskresi urine
Ginjal
merupakan organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi toksikan dari tubuh.
Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine oleh mekanisme yang sama seperti pada
saat ginjal membuang hasil metabolit dari tubuh.
2. Ekskresi
empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik
dari darah setelah diabsorbsi pada saluran pencernaan, sehingga akan dapat
dicegah distribusi bahan toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh.
3. Rute
ekskresi yang lain
Zat toksik dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui
paru, saluran pencernaan, cairan cerebrospinal, air susu, keringat dan air
liur. Zat yang berbentuk gas pada kondisi suhu badan dan “volatile liquids” dapat diekskresi melalui paru. Jumlah cairan yang
dapat dikeluarkan melalui paru berhubungan dengan tekanan uap air. Ekskresi
toksikan melalui paru ini terjadi secara difusi sederhana. Gas yang
kelarutannya rendah dalam darah dengan cepat diekskresi sebaliknya yang tinggi
kelarutannya seperti chloroform akan sangat lambat diekskresi melalui paru.
F. Respon Tubuh terhadap Obat Pelangsing
Orang-orang yang mengkonsumsi berbagai jenis obat pelangsing
yang tersedia bebas di pasaran sebenarnya menjalani proses bukan tanpa keluhan.
Beberapa hal yang sering menjadi keluhan misalnya perut sakit melilit, sering
buang air, pusing, dan sebaginya. Akan tetapi, mereka sering berdalih bahwa
itulah prosedur dan cara kerja obat pelangsing.
Bahkan, banyak yang percaya bahwa pada saat keluhan seperti itu dirasakan
menandakan bahwa obatnya sedang bekerja untuk melangsingnkan badan. Nanti toh
keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya, seiring berkurangya berat badan
dan terbentuknya tubuh langsing ideal. Mereka justru cemas tatkala tidak ada
keluhan apa pun yang mereka rasakan setelah mengkonsumsi obat. Mereka pikir
bahwa obatnya belum bekerja optimal (Saputri, 2011).
Beberapa obat-obat pelangsing dalam bentuk
suplemen, suntikan, maupun herbal yang beredar bebas di
pasaran biasanya tidak efektif untuk menurunkan berat badan dan efeknya
seringkali adalah (Saputri, 2011) :
1. Menyebabkan
sering kencing atau sering buang air besar, cara ini memang dapat
membuat skala timbangan berat badan berkurang tapi dapat membahayakan kesehatan
karena dapat menyebabkan kekurangan
cairan tubuh dan masalah pada ginjal.
2. Menurunkan
sampai menghilangkan nafsu makan
Kelihatannya memang
dapat membantu, namun tanpa kontrol yang baik, hal ini dapat menyebabkan tubuh
kekurangan nutrisi yang diperlukan, dapat mengganggu keseimbangan hormon dan
dapat mengganggu perbaikan sel tubuh. Aktivitas sehari-hari dapat terganggu,
apalagi otak yang mengandalkan karbohidrat
saja sebagai satu-satunya sumber nutrisi. Selain itu, efek ini malah cenderung
menyebabkan efek balik berupa munculnya nafsu makan
yang berlebihan setelah obat dihentikan.
3. Mual,
muntah, sakit perut
Pada obat herbal
maupun suplemen pelangsing yang tidak diketahui isinya seringkali memang tidak
mengandung bahan-bahan aktif apapun yang dapat berguna untuk
menurunkan berat badan. Kandungan bahan kimia yang tidak
diketahui dapat memberikan efek samping yang juga tidak diketahui bagi tubuh.
Seringkali mual, muntah dan sakit perut adalah efek yang kerap ditemui.
4.
Masalah
pencernaan
Efek
samping yang paling umum dari obat pelangsing adalah keluhan lambung. Ada
blocker lemak yang hadir dalam obat pelangsing dan dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, gas berlebihan dan bahkan diare.
Sebagian
besar elemen juga mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin. Kekurangan
vitamin dalam tubuh adalah efek samping yang umum dari obat pelangsing.
Karenanya, orang-orang yang mengonsumsi obat pelangsing perlu minum
multivitamin tambahan.
5. Supresi
rasa lapar
Ada
banyak cerita horor yang cukup menunjukkan bagaimana obat pelangsing bisa
membunuh. Obat pelangsing biasanya mengandung unsur yang disebut sibutramine,
yang memicu sistem saraf simpatik. Ini menekan rasa lapar tetapi juga dapat
meningkatkan denyut jantung normal seseorang yang dapat menyebabkan serangan
jika tidak terkontrol.
Delirium
(gangguan kesadaran), hiperaktif, peningkatan tekanan darah, muka memerah dan
insomnia adalah efek samping tambahan dari supresi rasa lapar yang dilakukan
oleh obat pelangsing. Bahkan, beberapa orang dilaporkan menderita bekuan darah
yang terjadi karena tekanan darah meningkat.
6.
Tubuh
tidak nyaman
Terlepas
dari kenyataan bahwa obat pelangsing dapat mengekspos terhadap bahaya serangan
jantung, pil ini juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh.
Orang
yang mengonsumsi pil ini biasanya tidak memiliki kontrol atas buang air besar
(BAB). Peningkatan perut kembung dan tinja berminyak juga merupakan beberapa
ketidaknyamanan tambahan pada orang-orang yang mengonsumsi obat pelangsing.
Efek lainnya, seperti sakit kepala, sakit perut, mulut dan tenggorokan kering,
kecanduan dan sembelit.
7.
Menopause
dini
Pada
umumnya obat pelangsing yang dibeli tanpa resep dokter memang dapat membuat
perempuan langsing dengan cara instan. Tapi efeknya, obat pelangsing yang
sembarangan tersebut dapat menyebabkan perempuan buang air kecil secara
berlebihan.
Kalau
seorang perempuan pipis banyak secara terus-menerus, sirkulasi darah di indung
telurnya menjadi terganggu dan rusak. Kalau sudah rusak, indung telur atau
ovarium itu tidak bisa diperbaiki lagi, akhirnya bisa-bisa tidak haid dan
menjadi menopause di usia muda.
8.
Gangguan jantung
Beberapa pengguna obat pelangsing mengaku jantungnya
berdebar setelah minum obat pelangsing. Ini terkait dengan peningkatan aliran
darah menuju jantung yang disebabkan oleh obat tersebut. Jika hal ini dilakukan
dalam jangka panjang, akan dapat membahayakan jantung.
9.
Gangguan hormon
Beberapa obat pelangsing dapat menekan produksi
berbagai hormon di otak. Jika hormon tersebut terus ditekan akan menyebabkan
otak tidak memproduksi hormon lagi. Padahal tubuh masih butuh hormon yang
berhenti diproduksi tersebut. Efeknya bisa ke seluruh tubuh termasuk pada
ovarium.
10. Kematian
Banyak juga kasus kematian yang ditemukan akibat
konsumsi obat pelangsing. Paling sering karena over dosis, tapi ada juga yang
karena gagal jantung, kekurangan cairan dan kekurangan nutrisi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Tidak salah untuk menginginkan berat badan dan bentuk tubuh
yang ideal, namun, praktik cara-cara instan kebanyakan hanya membawa efek buruk
bagi tubuh, sebagai contoh adalah konsumsi obat pelangsing.
Obat pelangsing yang beredar di pasaran seringkali menyatakan
bahwa obat-obat tersebut mengandung bahan alami yang dapat menurunkan
berat badan konsumennya dalam waktu singkat. Namun sayangnya produsen
produk-produk ini seringkali tidak menyebutkan dengan jelas bahan, isi dan
kandungan produknya sehingga efek yang ditimbulkan terhadap tubuh dan berat
badan serta efek sampingnya sulit untuk diprediksi. Beberapa obat-obat
pelangsing dalam bentuk
suplemen maupun herbal yang beredar bebas di pasaran
biasanya tidak efektif untuk menurunkan berat badan dan malah menimbulkan efek
samping yang sangat berbahaya bagi tubuh.
III.2 Saran
Saran saya untuk mata kuliah ini adalah kegiatan seperti
berdiskusi lebih sering dilakukan agar mahasiswa juga lebih aktif dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam mencari materi.
DAFTAR PUSTAKA
Anita,
2012. Waspada Terhadap Obat Pelangsing.
http://Sahabat Wanita Cerdas.blogspot.com.
Diakses pada hari Kamis, 20 Februari 2014, pukul 20.35 WITA, Makassar.
Chandra,
A., 2013. Obat Diet Mengandung Sibutramin
Dilarang. http://kompas.com health.blogspot.html. Diakses pada
hari Kamis, 20 Februari 2014, pukul
20.40 WITA, Makassar.
Farhan,
D., 2013. Artikel Persepsi Salah Tentang Cara Kerja Obat Pelangsing.
http://Artikel Persepsi Salah Tentang Cara Kerja Obat
Pelangsing.html.
Diakses pada hari Kamis, 20 Februari
2014, pukul 21.02 WITA, Makassar.
Florencia,
J., 2013. Inilah Risiko Obat Pelangsing.
http://Health Highlights.html. Diakses
pada hari Kamis, Februari 2014, pukul 21.38 WITA, Makassar.
Hartadi,
S., 2013. Jangan Sembarang Minum Obat
Pelangsing. http:// Efek Samping
Obat Pelangsing.blogspot.com.
Diakses pada hari Kamis, tanggal 20 Februari 2014, pukul 21.17 WITA,
Makassar.
Sampoerna,
E. P., 2012. Pengertian Toksikologi. http://Pengertian Toksikologi.Eko Putera Sampoerna.blogspot.
Diakses pada hari Kamis, Februari
2014, pukul 21.25 WITA, Makassar.
Saputri,
I., 2011. Terdapat Kandungan Berbahaya
dalam Obat Pelangsing. http://IndahSaputri.Terdapat
Kandungan Berbahaya dalam Obat Pelangsing.html.
Diakses pada hari Kamis, Februari 2014, pukul 21.15 WITA, Makassar.
Comments
Post a Comment