TINJAUAN PUSTAKA IMITASI PERBANDINGAN GENETIK

IMITASI PERBANDINGAN GENETIK 

Hereditas yang paling banyak dianut orang selama tahun 1800-an adalah hipotesis pencampuran, gagasan bahwa materi genetic yang disumbangkan oleh kedua orang tua bercampur seperti cat biru dan kuning menjadi hijau. Hipotesis ini memprediksi bahwa selama beberapa generasi, populasi yang kawin acak akan memunculkan populasi individu yang seragam. Akan tetapi, pengamatan kita sehari-hari dan hasil-hasil percobaan pembiakan dengan hewan dan tumbuhan menentang prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran ini gagal menjelaskan berbagai fenomena lain dari pewarisan sifat, misalnya sifat yang muncul kembali setelah melompati satu generasi (Campbell, dkk., 2008).

Alternatif dari model pencampuran adalah hipotesis pewarisan sifat particular yaitu gagasan tentang gen. Menurut model ini , orangtua mewariskan unit diskret yang terwariskan gen yang tetap berindentitas terpisah dalam keturunan. Kumpulan gen organisme  lebih mirip dengan setumpuk kartu, gen dapat dikocok dan dibagikan, generasi demi generasi, dalam bentuk yang utuh (Campbell, dkk., 2008).

Genetika modern terlahir di suatu kebun biara, tempat seorang biarawan bernama Gregor Mendel mendokumentasikan mekanisme partikulat untuk pewarisan sifat. Mendel mengembangkan teori pewarisan sifatnyanya beberapa dasawarsa sebelum kromosom dipahami. Mendel menemukan prinsip tetntang pewarisan sifat dengan cara membiakkan ercis kebun dalam percobaan-percobaan yang dirancang secara berhati-hati dan melalui percobaan itu ditemukan hukum Mendel I dan Hukum Mendel II. 

Gamet yaitu sel kelamin yang sudah matang. Dengan kata lain gamet merupakan mata rantai penghubung antara induk dan keturunannya  secara seksual. Melalui gamet ini diwariskan sifat-sifat menurun suatu organisme kepada generasi berikutnya. Di bawah ini adalah hipotesis Mendel mengenai penurunan sifat (Herlina, dkk., 2009) :
Setiap sifat dikendalikan oleh satu pasang faktor keturunan (yang sekarang kita kenal dengan gen), yaitu 
satu dari individu jantan dan satu dari individu betina.
Setiap faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, misalnya tinggi atau  rendah, bulat atau keriput, merah atau putih. Kedua bentuk alternatif tersebut disebut alel.
Jika pasangan faktor itu terdapat bersama-sama dalam satu tubuh suatu individu, faktor  dominan akan menutup faktor resesif, misalnya genotype individu Bb dengan gen B untuk bulat dominan terhadap gen b untuk keriput, maka fenotipe untuk individu tersebut adalah bulat, genotipenya
bersifat heterozigot.
d. Pada waktu pembentukan gamet (meiosis), setiap alel berpisah, misalnya
genotipe individu Bb akan menghasilkan gamet yang mengandung gen
B dan gamet yang mengandung gen b. Jadi, akan terbentuk dua macam
gamet.
e. Individu yang murni mempunyai pasangan sifat (alel) yang sama, yaitu
dominan saja atau resesif saja, misalnya untuk BB pasangan sifat dominan
atau bb untuk pasangan resesif. Genotipe individu tersebut homozigot
BB disebut homozigot dominan dan bb disebut homozigot resesif.

Hukum Mendel I disebut juga hokum segregasi yang menyatakan bahwa pada waktu pembentukan sel gamet, terjadi pemisahan alel secara acak (The Law of Segregation of Alelic Genes) (Rochmah, dkk., 2009)

Pasangan kromosom
Homolog mengandung pasangan gen (terdiri dari 2 alel). Pada pembentukan gamet secara meiosis, pasangan-pasangan gen pada kromosom homolog saling berpisah (tahap Anafase). Pada akhir meiosis, setiap sel gamet yang dihasilkan hanya memiliki satu alel dari pasangan gen saja (pelajari kembali tentang gametogenesis). Proses pemisahan gen inilah yang disebut segregasi gen. Mengenai Hukum Mendel I ini dapat kalian kaji dari persilangan monohibrida (pembastaran dengan satu sifat beda). Persilangan monohibrida adalah perkawinan 2 individu dengan satu sifat beda yang menyolok. persilangan monohibrida dapat terjadi pada tumbuhan, hewan maupun manusia.(Rochmah, dkk., 2009)

Dalam percobaannya, Mendel menanam tanaman kacang ercis (Pisum sativum) dan memeriksa keturunan-keturunannya. Keputusan Mendel untuk menggunakan kacang ercis (Pisum sativum) sebagai bahan percobaannya sangat tepat, karena tanaman ini kuat dan tumbuh dengan cepat. Daun bunga seluruhnya menutupi organ-organ seksnya sehingga serangga jarang dapat masuk ke dalam organ-organ seksnya dan akan terjadi penyerbukan sendiri. Agar dapat terjadi  penyerbukan silang, Mendel membuka kuncup-kuncupnya dan membuang benang sari sebelum masak, kemudian menyapu-nyapukan serbuk sari dari tanaman lain pada putik. Keuntungan yang lain adalah kacang ercis ini banyak menghasilkan keturunan varietas yang berlainan secara nyata. Di antara varietas kacang ercis memiliki pasangan sifat beda yang menonjol ( Kistinnah, dkk., 2009)

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN VERTEBRATA