FUNGI ATAU JAMUR


Perkataan “fungi”  (tunggal : fungus) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “jamur”. Sedangkan yang dimaksud dengan “cendawan” (toadstool; mushroom) adalah jamur yang tergolong kepada suku “Agaricaceae” saja (Rifai, 1979 dalam Mardinus, 2006).  Jamur mudah dikenali apabila telah membentuk alat perkembangbiakannya yaitu spora.  Semangun (1996) menyatakan jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil,
dinding selnya mengandung kitin, selulosa, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan membentuk beberapa macam spora. Heterotrofik yaitu organisme yang memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasit (Mardinus, 2006).
Jamur berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Yudianto (1992) menyatakan bahwa perkembangbiakan vegetatif jamur dapat berlangsung dengan cara fragmentasi, membelah diri, bertunas, spora kembara, dan konidiospora. Sedangkan secara generatif, yaitu melalui perkawinan yang dilakukan oleh dua jenis hifa yang berbeda, yang menghasilkan peleburan dua gamet/sel. Umumnya jamur tidak memiliki alat yang menghasilkan sehingga hifa yang dapat kawin, sehingga hifa yang dapat kawin disebut hifa positif (+) dan hifa negatif (-). Dalam pengelompokan kelas jamur, perlu diperhatikan adalah bentuk fase vegetatifnya, ada tidaknya sekat pada hifanyaa, mengalami ada tidaknya perkembangan generatif dan tipe-tipe tubuh buahnya.
Spora fungi mempunyai berbagai bentuk dan ukuranm dan dapat dihasilkan secara seksual atau secara aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler, akan tetapi ada juga spora yang multiseluler. Spora yang dihasilkan di dalam, atau dari struktur hifa yang terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon dirinya dengan menghasilkan banyak spora secara aseksual. Spora-spora ini dapat terbawa angin, dan berkecambah jika menemukan tempat permukaan yang sesuai (Campbell, et al., 2003).

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN VERTEBRATA