Artemia salina Leach.


Artemia  salina Leach.  merupakan  udang-udangan  primitif  yang  termasuk  dalam  Filum  Arthropoda. Udang  ini  hidup  sebagai  plankton  di perairan  dengan  kadar  garam  5-150 ppm, dengan  suhu  sekitar  25-30˚C  ,  kadar oksigen 2-7 ppm dan pH 7,3-8,4 (Tampungan, dkk. 2011). Artemia  salina  Leach.  atau  sering  disebut  brine  shrimp  adalah  sejenis  udang-udangan primitif yang sudah dikenal cukup lama dan oleh Linnaeus pada tahun 1778 yang diberi nama  Cancer salinus, kemudian oleh Leach diubah menjadi Artemia  salina  pada  tahun  1819.  Artemia  salina  Leach (Mudjiman, 1998).   
            Artemia  salina  Leach. dewasa memiliki panjang tubuh umumnya sekitar
8-10  mm  bahkan  mencapai  15  mm  tergantung  lingkungan.  Tubuhnya memanjang  terdiri  sedikitnya  20  segmen  dan  dilengkapi  kira-kira  10 pasang  phyllopodia  pipih,  yaitu  bagian  tubuh  yang  menyerupai  daun yang  bergerak dengan ritme teratur.  Artemia  salina  Leach.  dewasa berwarna putih  pucat,  merah  muda,  hijau,  atau  transparan  dan  biasanya  hanya hidup  beberapa  bulan.  Memiliki  mulut  dan  sepasang  mata  pada antenanya  (Emslie,  2003).  Telur  Artemia  salina  Leach.  berbentuk  bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat penuh dalam keadaan basah. Warnanya  coklat dan  diselubungi  oleh  cangkang  yang  tebal  dan  kuat. Cangkang  ini  berfungsi  untuk  melindungi  embrio  terhadap  pengaruh kekeringan,  benturan  keras,  sinar  ultraviolet  dan  mempermudah pengapungan (Opinion, 2008).
            Artemia  salina  Leach.  memiliki resistensi luar biasa pada perubahan dan mampu  hidup  pada  variasi  salinitas  air  yang  luas  dari  seawater  (2.9-3.5%)  sampai  the  great  salt  lake  (25-35%),  dan  masih  dapat bertoleransi  pada  kadar  garam  50%  (jenuh).  Beberapa  ditemukan  di rawa  asin  hanya  pada  pedalaman  bukit  pasir  pantai,  dan  tidak  pernah ditemui di lautan itu sendiri karena di  lautan terlalu banyak predator.  Artemia salina  Leach.  juga  mendiami  kolom-kolom  evaporasi  buatan  manusia yang  biasa  digunakan  untuk  mendapatkan  garam  dari  lautan.  Insang  membantunya  agar  cocok  dengan  kadar  garam tinggi  dengan  absorbsi dan ekskresi ion-ion yang dibutuhkan dan menghasilkan urin pekat dari glandula maxillaris. Hidup pada variasi temperatur air yang tinggi pula, dari  6-37°C  dengan  temperatur  optimal  untuk  reproduksi  pada  25°C (suhu  kamar).  Keuntungan  hidup  pada  lokasi  berkadar  garam  tinggi adalah  sedikitnya predator namun sumber makanannya sedikit  (Emslie, 2003; Artemia Reference Center, 2007 ).
Udang Artemia salina Leach.  mengalami beberapa fase hidup, tetapi secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan, yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan Artemia dewasa. Telur yang baru dipanen dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 ยต. Dalam pertumbuhannya larva mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup, setelah itu berubah menjadi artemia dewasa (Mudjiman, 1998).
Waktu yang diperlukan sampai menjadi Artemia dewasa umumnya sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder dengan panjang 12-15 mm. Tubuh terbagi atas bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula. Dada terbagi atas 12 segmen yang masing-masing mempunyai sepasang kaki renang. Perut ternagi atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air dengan suhu 25o-30oC dan pH sekitar 8-9 (Mudjiman, 1998).
Telur-telur yang kering direndam dalam air laut yang bersuhu 25oC akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam cangkangnya keluarlah burayak (larva) yang juga dikenal dengan istilah nauplius. Dalam perkembangan selanjutnya, burayak akan mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis). Burayak tingkat I dinamakan instar, tingkat II instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar XV. Setelah itu berubahlah mereka menjadi artemia dewasa (Mudjiman, 1998)..
Burayak yang baru saja menetas masih dalam tingkat Instar I bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron (0,4 mm) dan beratnya 15 mikrogram. Warnanya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung makanan cadangan. Oleh karena itu, mereka masih belum perlu makanan (Mudjiman, 1998).
Anggota badannya terdiri dari sungut kecil (antenula atau antena I dan sepasang sungut besar (antenna II). Dibagian depan diantara kedua sungut kecilnya terdapat bintik merah yang tidak lain adalah mata naupliusnya (oselus). Dibelakang sungut besar terdapat sepasang mandibula (rahang) dan rudimenter kecil. Sedangkan dibagian perur (ventral) sebelah depan terdapatlah labrum (Mudjiman, 1998).
Pada pangkal sungut besar (antena II) terdapat bangunan seperti duri yang menghadap ke belakang (gnotobasen seta) bangunan ini merupakan cirri khusus untuk membedakan burayak instar I, instar II dan instar III. Pada burayak instar I (baru menetas) gnotobasen setanya masih belum berbulu dan juga belum bercabang (Mudjiman, 1998).
Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah menjadi instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi instar III.Pada tingkatan II, gnotobasen setanya sudah berbulu tapi masih belum bercabang. Sedangkan pada instar III, selain berbulu gnotobasen seta tersebut sudah bercabang II (Mudjiman, 1998).
Pada tingkatan instar II, burayak mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu, mereka mulai mencari makan, bersamaan dengan itu, cadangan makanannya juga sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya dengan cara menggerak-gerakkan antena II-nya. Selain itu untuk mengumpulkan makanan antena II juga berfungsi untuk bergerak. Tubuh instar II dan instar III sudah lebih panjang dari instar I (Mudjiman, 1998).
Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur berubah menjadi bertangkai. Selain itu, dibagian samping badannya (kanan dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian depan kemudian berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan berubah menjadi artemia dewasa (Mudjiman, 1998).
Artemia  salina  Leach.  bersifat  fototaksis positif  yang  berarti menyukai cahaya,  di  alam  hal  tersebut  dibuktikan dengan  adanya  gerakan tubuh menuju  ke  permukaan  karena  sinar  matahari  sebagai  sumber  cahaya secara  alami,  dimana  akan  selalu  di  permukaan  saat  siang  hari  dan tenggelam pada malam hari. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat pula  mengakibatkan  respon  fototaksis  negatif  sehingga  ia  akan menjauhi  cahaya.     Artemia  salina  Leach.  yang  baru  menetas  mempunyai perilaku geotaksis  positif,  hal  ini  terjadi  ketika  nauplius  tenggelam  ke bawah  setelah  menetas  akibat  efek  gravitasi.  Gerakan  phyllopodia mendorong makanan bergerak ke anterior (lokomosi). Gerakan anggota tubuhnya untuk mendorongnya  menuju  arah  sumber  makanan  (Emslie, 2003).

Popular posts from this blog

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN VERTEBRATA