PEWARISAN KUANTITATIF

Pada karakter kuantitatif umumnya dikendalikan oleh banyak gen-gen dan merupakan hasil akhir dari suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan langsung dengan karakter fisiologi dan morfologis lebih mudah diamati, misalnya produksi tanaman sering dijadikan obyek pemulian tanaman (Alif, 2008).


Perkembangan sejumlah penanda molekuler (DNA Marker) dewasa ini telah memungkinkan untuk melakukan identifikasi terhadap perubahan- perubahan genetik yang terjadi dalam suatu persilangan serta hubungannya dengan perubahan sifat kuantitatif dan sifat kualitatif. (Maskur,2003).


Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori.  Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter kualitatif dan karakter kuantitatif menurut (Allard, 1960 dan Burns,1976) adalah sebagai berikut: 
1). Pada karakter kualitatif terdapat ragam terputus pada kurva sebaran frekuensi dengan munculnya     kembali ragam tetua di dalam generasi bersegregasi (F2, BC, F3), dan munculnya kembali salah satu ragam tetua bila terdapat pengaruh dominansi penuh dalam generasi F1.

2). Pada karakter kuantitatif terdapat ragam kontinu pada kurva sebaran frekuensi di dalam generasi bersegrerasi (F2, BC, F3) dengan ragam F2 (VF2) yang Lebih besar dari ragam F1 (VF1). Pada penelitian pewarisan suatu karakter, sering diperlukan analisis segregasi dari populasi yang bersegregasi (populasi F2). 

Dengan demikian analisis statistik dan analisis genetik yang digunakan untuk melacak gen-gen pengendali karakter tersebut dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan/asumsi : (1) tidak ada efek lingkungan, (2) tidak ada efek dominansi antar alel, (3) tidak ada efek epistasis, (4) gen memberikan efek yang sama dan bersifat aditif untuk semua Lokus, (5) tidak ada pautan gen, dan (6) tetua dalam keadaan homozigositas lengkap, dan tanaman F1 dalam keadaan heterozigositas lengkap (Burns, 1976; Poehlman, 1979).

Pada gen-gen yang mengikuti prinsip Mendel (disebut gen mayor) peranan ragam lingkungan relatif kecil dibandingkan peranan ragam gen-gen minor karena jumlah gen mayor umumnya tidak banyak dan peranan faktor lingkungan relatif kecil, maka ragam fenotipe yang ditampilkan dalam populasi bersegregasi sebagian besar merupakan ragam genetik, bersifat diskontinu dan merupakan akibat adanya efek dominan. Analisis genetik terhadap karakter yang dikendalikan oleh gen mayor, umumnya dilakukan dengan bantuan uji Chikuadrat (χ2) (Strickberger, 1976).

Untuk menentukan apakah ragam pada karakter tersebut disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan dilakukan pendugaan nilai heritabilitas. Heritabilitas sering juga dipakai sebagai tolok ukur kemajuan genetik yang dapat diharapkan dalam suatu program seleksi (Allard, 1960). Heritabilitas adalah proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun (Poespodarsono, 1988). Heritabilitas dapat juga diartikan rasio ragam genotipe terhadap ragam fenotipe (Sjamsudin, 1990). Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peranan faktor keturunan dibanding faktor lingkungan dalam memberikan pengaruh pada penampilan akhir atau sifat fenotipe yang bersangkutan (Poespodarsono, 1988).


Pendugaan heritabilitas arti sempit dilakukan dengan pendugaan nilai ragam lingkungan dengan mengikutsertakan satu set tanaman induk kedua tetua (P1 dan P2), F1 (P1 x P2), silang balik B1 (F1 x P1), silang balik B2 (F1 x P2) dan F2 ) (F1 x F1) (Warner, 1952). Studi pewarisan beberapa karakter kuantitatif pada cabai menggunakan metode statistika yaitu setiap gen dan kombinasi dari beberapa gen diteliti secara menyeluruh (Khambanonda, 1948). 

Menurut Nasir (2001) heritabilitas dalam arti luas dapat dianggap sebagai suatu batas dugaan tertinggi
dari heritabilitas dalam arti sempit. Oleh karena itu, selama heritabilitas dalam arti
sempit dapat dihitung, nilai heritabilitas dalam arti luas tidak banyak digunakan,
bila nilai heritabilitas arti sempit tinggi, maka metode seleksi yang paling tepat
digunakan adalah seleksi massa sebaliknya apabila rendah sebaiknya digunakan
seleksi silsilah, uji kekerabatan (sib-test), dan uji keturunan (progeny test).
Potensi rasio (hp) adalah peran atau aksi gen pengendali sifat informasi
genetik yang terkait langsung dengan potensi sifat yang diwariskan oleh suatu
tanaman. Menurut Petr dan Frey (1966) klasifikasi nilai potensi rasio 0<hp<1.
termasuk ke dalam aksi gen dominan tidak sempurna. Menurut Crowder (1986)
derajat dominansi tidak lengkap adalah kontribusi alel aktif A lebih besar daripada
satu unit tertentu sehingga pengaruh dua alel aktif tidak sama dengan dua kali
pengaruh dari alel aktif tunggal, yaitu AA tidak aditif; kombinasi Aa mendekati
AA.
Menurut Petr dan Frey (1966) klasifikasi nilai potensi rasio hp > 1 atau hp
< -1 termasuk ke dalam aksi gen over dominan. 

Menurut Crowder (1986) individu
heterozigot memberi kontribusi pada fenotipe lebih besar daripada homozigot
yang mempunyai alel aktif. Aa > AA, secara fisiologis alel-alel itu menghasilkan
substansi berbeda yang komplementer. Istilah lewat dominansi umumnya
digunakan dalam hubungannya dengan sifat-sifat fitness biologis seperti ukuran,
produktivitas, dan daya hidup (viabilitas), persilangan antara individu dengan
fitness kurang baik untuk sifat tertentu kadang-kadang menghasilkan keturunan
yang lebih unggul (superior) dari kedua orang tuanya karena banyaknya gen yang
terlibat sulit untuk menentukan hubungan dominansi dari gen-gen tertentu.





Daftar Pustaka 
Alif. 2008. Pola pewarisan Beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif pada Cabai (Capsicum annum L.) Http:// respository IPB.ac.id. Diakses pada 12 April 2012, pukul 19:00 WITA

Maskur. 2003. Identifikasi Genetik dengan menggunakan Marker Mikrosatelit dan hubungannya dengan sifat kuantitatif pada Sapi. Http://respository IPB.ac.id. Diakses pada 12 April 2012, pukul 19:00 WITA

untuk melihat daftar PUstaka lsg sja ke Respository IPB ^___^

MAAF Gak sempat buka daftar pustakanya... Mohon maaf buat pengarangnya ^_*



Comments